Dalam kacamata anak peternakan politik apalagi pilpres itu soal sederhana. Mirip pacuan kuda atau adu ayam. Kuda yang kuat akan menang, dan ayam yang gesit juga akan berhasil memukul lawan sampai jatuh dalam sebuah pertarungan hidup mati. Pertarungan berdarah, yang satu menang dan bahagia yang satu kalah, berdarah penuh luka dan diabaikan!
Syarat pertarungan juga sederhana, modalnya adalah keberanian dan kelayakan. Politikpun hanya menyediakan ruang untuk yang bernyali dan layak. Dalam lomba pacuan kuda, kuda-kuda pilihan saja yang masuk gelanggang. Kontestasi politik dan ternak sama juga, Untuk menang dalam kontes maka kuda harus dirawat, ayam adu harus dilatih agar tidak “demam panggung” supaya tidak kebingungan ketika dalam proses kontestasi jangan seperti, seperti pepatah sunda “jika hayam panyambungan”. Dilatih untuk bisa punya daya tahan dan spirit menang dalam pertarungan.
Bahagialah menjadi anak atau alumni peternakan, karena bisa melihat hidup secara jauh lebih mudah dan sederhana, agar lebih bahagia! Soal politik yang kompleks sampai dibahas oleh para professor dalam aneka debat dan panggung ILC bisa difahami secara sederhana. Sesederhana pacuan kuda. Mari kita bandingkan dengan pola pikir anak fisip dalam melihat politik, dan pilpres. Kira kira begini, bahwa politik adalah sebagai seni meraih kekuasaan, untuk menentukan arah perkembangan dan kebijakan pembangunan suatu negara. Pilpres sebagai bagian penting dari politik adalah sebagai representasi demokrasi. Pilpres adalah suatu bentuk pertarungan elit kekuasaan dengan cara menkonsolidasi dukungan massa, baik sukarela maupun didesain melalui sebuah materi campaign yang bisa saja sekedar pencitraan, agitative, dan kadang memanfaatkan strategi hoax dan intimidatif.
Narasi dan definisi politik yang keren, dan sekaligus bikin “Jangar” do you know the meaning of jangar? Oh ya bagi yang bukan asli sunda jangar itu sakit kepala yang agak parah rasanya kombinasi berupa gabungan pusing dan nyeri bersatu! Memang definisi politik dan definisi ilmiah itu menjelaskan dalam perspektif akademisi suka agak “egois”. Untuk memahami definisi ilmiah mesti sekolah tinggi dan baca buku dulu baru memahami, semacam definisi ekslusif, definisi kurang demokratis karena tidak memudahkan semua pihak!
Jadi agak mengherankan kalau ada anak fapet yang melihat politik hari ini dengan penuh ketegangan, terlibat dalam intrik dan cemas! Apalagi sampai memutus perkawanan di media social. Bukan gossip, beberapa kawan delete contact sekedar beda pilihan “kuda pacuan” di panggung politik. Kenapa tidak kita lihat politik dari kacamata lebih sederhana, sebagai moment hiburan, menyenangkan dan bahkan jenaka! Ya Jenaka, karena para pemain sesungguhnya sedang berhitung proyek, bukan sedang mendiskusikan nilai-nilai baik!
Bagaimana anak peternakan melihat stakeholders politik? Itu juga mirip dengan komoditas kuda dan kambing di pasar ternak! Dalam politik selalu ada “kuda hitam dan kambing hitam” kuda hitam menjadi harapan memenangkan pertarungan di lap terakhir meskipun secara matematik logis dan juga fasilitas berpihak kepada kuda lain. Kuda hitam menjadi semacam bumbu dalam sebuah pertarungan agar menjari seru. Istilah kuda hitam juga sebuah “diksi hiburan” agar mereka yang tidak diunggulkan tidak kalah sebelum bertanding atau “kumeok memeh dipacok”.
Kuda hitam memberi inspirasi bahwa siapapun bisa menang, bisa membuat kejutan di arena politik, keluar sebagai juara! Hadirin selalu rindu ulasan para pengamat tentang kuda hitam. Selalu dicari celah untuk menegaskan bahwa kuda hitam berbahaya akan melesat di dalam arena.
Tapi uniknya, kita tidak adil. Jika kuda hitam sangat keren, tapi kambing hitam malang betul nasibnya. Kamping hitam tetap dimaki sekalipun cantik, imut, bersuara lembut dan mengemaskan, juga berbulu halus dengan mata bersinar. Anak kambing hitam lucu, persis seperti ciri ciri ternak sehat di pelajaran PTSKD dimarginalkan dihinakan. Kambing hitam tetap bernasib malang. Ia selalu dipersalahkan, diolok-olok dikucilkan dan dikorbankan! Politik pun demikian!
Anak peternakan juga tidak akan takjub dengan para pengamat, yang terampil dalam membahas para kandidat. Para pengamat itu tidak lebih dari ahli tilik ternak. Para penaksir bobot bebet dan bibit, sangat pintar berkata-kata mengkomentari mengapresiasi para petarung di laga contest. Bukankah para ahli tilik ternak akan berkata “kuda ini turunan bagus, secara genetic unggul secara fenotik juga keren, dibesarkan dalam kualitas baik, dilatih dengan instruktur terbaik sepanjang masa, punya jam terbang latihan dan cukup tinggi, sehingga layak dipilih” memilih kuda ini anda yakin puas, tak pakai tapi!
“Ayo beli, segera, jangan salah pilih, kuda ini mengantarkan hidup anda bahagia, anak anda bahagia, kebahagiaan permanen sehingga ibadah anda akan lebih khusyu” ucap makelar dengan penuh semangat!
Pengamat lain akan bilang, walaupun kuda ini kurus, ceking, tapi kuda ini bernyali, menang di banyak lintasan pertandingan. Kuda pekerja keras yang setia, memang performa tidak meyakinkan tapi lihat sorot matanya, lihat otot-ototnya liat, dia kuda lokal dengan keberanian internasional!
“Tanya pada hatimu, ayo jangan salah pilih, abaikan suara-suara tidak baik, mari kita menentukan pilihan logis, save akal sehat” kata makelar lain meyakinkan!
Keriuhan di media social, di panggung politik, di debat-debat media massa tidak lebih dari suara bandar dan makelar. Para bandar cerita tentang kuda terbaik, sebagian sibuk mengurusi kambing hitam. Selalu ada makelar lain yang ambil untung, Namanya makelar kambing hitam. Dia mendapat untung berlimpah dari ternak kambing hitam, bahkan bisa lebih untuk dari makelar lain. Roda ekonomi di pasar berlangsung lebih cepat dan dinamis, perputaran uang makin banyak karena setiap makelar suka diberi ongkos, diberi fasilitas, dan dijanjikan diberi bonus ketika jagoannya menang.
Arena balapan menjadi sangat crowded mirip suasana pasar ternak di Jawa Tengah, dimana para makelar sibuk berbisik bisik menawarkan barang. Kita saksikan makelar lainnya berteriak-teriak meyakinkan para hadirin yang galau. Di pojok lain sebagian sibuk membagikan kaos, nasi bungkus dan tips diam diam. Ada banyak trik canggih di pasar ini. Bagi yang belum terbiasa di dalam arena ini jangan baper ya, apalagi cinta mati, jangan deh! Hati hati kena modus, karena ada yang pura-pura menawar dengan harga tinggi, pura-pura memuji setinggi langit, ada yang pura-pura marah, juga pura-pura bahagia. Satu lagi, kita lihat juga ada yang pura pura jatuh cinta, pura pura setia, pura pura peduli padahal berharap tips!
Silahkan beli “kuda terbaik”, jangan salah pilih, kalaupun salah pilih selow saja, dunia tidak berakhir. Mereka teman baik kita juga kok!
Ditulis dengan penuh bahagia dan rasa jenaka oleh AA SUBANDOYO, J1092070
Tidak ada komentar:
Posting Komentar