Penghulu Kelinci

Menjadi penghulu pastinya memerlukan pendidikan dan keahlian khusus, dan tak terbayang bahwa kami akan menjalankan profesi itu meski hanya temporer saja. Mau tahu ceritanya? Inilah kisah yang mengharukan kiriman Imoel yang merupakan kilas balik pengalaman semasa melakukan penelitian terhadap kelinci-kelinci lucu dan innocent.

Dahulu kala...(deuhhh!!) pembuatan usulan penelitian yang kami ajukan adalah mengenai perlakuan pakan yang diterapkan pada kelinci bunting. Secara teoritis tadinya kami berpikir praktis akan membeli induk kelinci dalam kondisi bunting. Malangnya, ternyata hal itu tidaklah mudah karena belum adanya testkit kebuntingan sebagaimana kehamilan pada manusia, disamping jarang ada petani menjual ternak dalam kondisi bunting, dan meskipun ada maka harganya sangat tinggi. Padahal kami memerlukan sample 40 ekor.

Akhirnya meski sempat tertunda dan melalui perdebatan dan konsultasi yang alot, Kami ber-trio: saya, Iyank dan Ridwan atas petunjuk pembimbing penelitian membeli kelinci dara yang siap kawin sebagai bahan. Konsuekwensinya untuk melakukan penerapan perlakuan pakan pada kelinci bunting harus menunggu atau membuat kelinci itu bunting terlebih dahulu.

Meski bukan suatu hal yang mudah, tapi dengan berbekal bermacam-macam teori, maka kami mencobanya.

Mulanya kami mencoba masukan kelinci jantan ke kandang betina, kami tunggu beberapa saat. Ternyata tidak terjadi apa-apa... masing-masing kelinci malah 'murungkut' di dua pojok yang berlawanan. Lama kami menunggu...

"Waduh kalo kaya gini bisa terlambat nih jadi Sarjana..." pikir kami agak masygul.

"Sok atuh jang... geura kawin!! Tong isin-isin !!!" gumam Ridwan menghimbau setengah memohon. Keenam pasang mata kami tak lepas mengawasi nyaris tak berkedip. Pikiran kami berkecamuk apa yang terjadi kalau dua sejoli kelinci itu tak berminat kawin atau menolak perjodohan ini yang melebihi kejamnya zaman siti nurbaya...(haalaah!!)

Hampir satu jam saya dan Iyank menyerah, cangkeul bercampur pesing juga muka menempel di kandang, kami beranjak dengan putus asa meninggalkan kelinci-kelinci itu yang tidak juga bereaksi. Kami sempat berfikir merubah ajuan judul penelitian itu karena sulitnya jadi ‘penghulu’ kelinci itu.

Tapi tiba-tiba Ridwan menghampiri kami dengan nafas tersengal...

"Kawin oge akhirna mah!" katanya.

"Ah..nu bener Rid?" kami terperanjat tidak percaya. Darimana dia tahu... apa tandanya? Kami serempak kembali menuju kandang. Kami lihat tak ada yang berbeda dengan yang tadi.

"Tingalikeun geura, saya sudah berhasil menjadi 'LEBE’ kelinci” ujar Ridwan bangga meyakinkan kami.

Dia mencoba tayangan ulang yang tak sempat kami lihat tadi, tentunya dengan pasangan yang berbeda. Ternyata karena sudah berkali-kali mengamati atau entah karena terdesak ingin cepat lulus, sahabat kami Ridwan tercinta satu ini menjadi lebih seksama bahwa ada tanda-tanda perkawinan itu diminati dan sampai terjadi...(milih oge ternyata sejoli kelinci teh).

Jika berminat maka pejantan akan mendekat mengendus,(biasanya sang penghulu agak menjauh dulu, malu juga rupanya kelinci itu) jika terjadi perkawinan maka jantan akan terguling ke samping betina ditandai oleh jeritan sang betina..(nah lho!!), ini terjadi dalam hitungan detik.

Kami coba teori sang penghulu baru ini, pejantan bisa mengawini sampai 3 ekor, kami memakai waktu efektif pagi atau sore. Akhirnya dengan usaha yang gigih dan do'a tiada putus kami mulai menerapkan perlakuan penelitian itu pada minggu ke empat setelah waktu kawin. Bias kemungkinan tidak bunting kami menambah sample cadangan.

Perjuangan panjang dilanjutkan dengan pembuatan pellet, dimulai ujung jilbab Iyank yang masuk hamper menjadi bagian komposisi ransom tambahan karena tergulung masuk mesin pellet... atau pellet yang setengah kering dinjak-injak dengan santai oleh ponakan Iyank .. (Aa Opick emuteun keneh teu??).

Dilanjutkan dengan pengambilan sample darah dari pembuluh darah yang ada di telinga secara bergantian untuk diuji di laboratorium sesuai parameter masiing-masing. Yang mengakibatkan telinga kelinci terkulai secara bergantian, bahkan banyak yang gak tegak lagi sampai penelitian itu selesai. Mungkin dalam hati mereka berdemo teganya... teganya...!!

Sampai tibalah kelahiran dari anak-anak kelinci yang jumlahnya luar biasa ada yang litter sizenya melebihi dari 15 ekor per induk bentuknya persis seperti anak tikus...

Kanibal sering terjadi dari induk kelinci tersebut, karena diakibatkan hal sepele misalnya kegaduhan suara atau sekedar melihat wajah penghulu pagi-pagi gak sempat mandi (hehe), sang induk menganggap kondisi lingkungan yang tidak aman bagi bayinya, sehingga upaya untuk menyelamatkannya anak dimasukkan kembali ke dalam perutnya. Tak jarang kami temui bayi merah itu tanpa kepala, atau tanpa ekor atau tanpa kaki.

Yang jelas pertahanan hidup kelinci itu luar biasa! Meski mengalami penyiksaan sepanjang MASA REPRODUKSInya, mereka tetap bertahan hidup untuk mengantarkan kami ke ujung penelitian (meski ada beberapa yang tidak tertolong karena wabah scabies). Nasib mereka: sudahlah diPAKSA KAWIN, lalu DIKURANGI PAKANnya, malah DIAMBIL DARAHNYA, dan bahkan ada beberapa yang berakhir TRAGIS di atas PANGGANGAN... (kasiaaan...)

Kami tak sadar betapa kejamnya kami, dengan bangga memaparkan daya tahan fisiologis kelinci bunting dalam seminar dan kompre... (maafkan kami kelinci2 malang...) Namun sampai penelitian berakhir kami belum bisa membuktikan kenapa kepala kelinci jadi logo khas... cap laki-laki yang larak sana lirik sini...

Yang jelas SPt itu bisa Sarjana Peternakan,... bisa jadi Seorang Penghulu Ternak atau Sarjana Pemotong Ternak... Siapapun pemanggang Ternak... atau... atau...

source: Imoel - Tanggamus

6 komentar:

  1. cerita yang bagus kang Yus...sayang g sempet ikutan ampe situ..hehe..tapi Alhamdulillah untuk jd penghulu n paraji kelinci udh sering dilakukan, walau pertama kalinya mah aneh n takjub liat kelinci kawin wkwkwkwk.....

    BalasHapus
  2. ini teh kisah teh Imoel, Ceu/Kang... takjub & aneh gimana sih?

    BalasHapus
  3. nuhun kang admin... pas kisah ieu teh kintunan hadiah milad kanggo "sang panghulu kelinci".. wilujeng ya ayah.... mudah2an sukses...punten kamari teu pas waktosna....

    BalasHapus
  4. Teh Imoel alias Iyen alias Ummi.....
    ceritanya rame,mengingatkan wkt zaman penelitian yg sebagian bsr malah sy gak inget....(lemot dasar....) tp stl baca cerita ini jd kabayang deui saat2 itu....

    BalasHapus
  5. ikutan ga pake nama aseli01 Juli, 2011

    karunya eta nasib kelinci2 nya...

    BalasHapus
  6. hehe,,,, mksh byk ya,,ummi zia,,,
    telah mengantarkan sy kpd kenangan di masa yg lalu, ruar biasa,,,detik2 kejadiannya msh lekat di benak ummi iyen,,,!!!!

    BalasHapus

Kisah Kikeu

Imoel's Notes

Foto Djadoel