Prahara Di Malam Penutupan Mabim

Masa bimbingan adalah menu pembuka 'wajib' bagi seluruh mahasiswa baru FAPET UNPAD. Rentang masa dan kesempatan perkenalan serta pembinaan dari senior kepada junior itu kadang menjadi konflik karena perlakuan 'bimbingan' yang keras atau kadang nyeleneh. Kenyataannya yang dirasakan oleh junior tak lain adalah tekanan, ketidaknyamanan dan penderitaan, meskipun sekaligus nantinya menjadi kenangan yang tiada akhir (mudah-mudahan tidak ada yang memupuk dendam).

Hikmah dari semua itu adalah bahwa tempaan sekeras dan sepahit apapun kalau diambil nilai positifnya maka akan menjadi pelajaran hidup. Peralihan masa transisi dari dunia sekolah ke perkuliahan memang perlu bimbingan (pasti Akang/Euceu sangat setuju!).

Mabim intensif biasanya dilaksanakan selama beberapa hari, sementara mabim exstensif dijalani selama setengah tahun dan berujung pada malam penutupan. Acara penutupan ini biasanya dilengkapi dengan acara khas jurit malam dan renungan.

Saat angkatan ’92 Fapet Unpad menjadi panitia mabim yang gagah berani, penuh nyali, unjuk gigi dan unjuk segalanya dihadapan junior (angkatan 94), penutupan acara tersebut digelar disekitar situ Cileunca. Tim sudah merancang sedemikian rupa rute jurit malam sebagai puncak acara. Setiap pos penjagaan lengkap dijaga Akang dan Euceu baik Tatib maupun Pembina. Metode spesial malam penutupan berupa stressing sudah dirancang dengan tipe, style, dan 'kegalakannya' yang hampir seragam.

Saya bertugas di pos terakhir sekaligus sweeper maklum Korlap Tatib putri (beueueueueh...) Sungguh berat rasanya memikul tanggung jawab atas kelancaran acara di pundak kami, baik yang menyangkut mental maupun kesehatan peserta sampai di penghujung acara.

Peserta mabim yang menggunakan atribut dan ponco lengkap mulai berjalan satu persatu. Mereka masing-masing berbekal lilin yang tak boleh padam sampai pos terakhir. Berbagai menu intimidasi, baik secara fisik dan mental, disuguhkan untuk mereka di sepanjang jalan . Gangguan dari panitia dan senior bentuknya beragam, dari mulai semak bergoyang di kegelapan, hantu jadi-jadian, sampai teriakan dan bentakan yang memekakkan telinga. Itu semua belum cukup, karena masih dibumbui intruksi-instruksi yang sulit serta olahraga berat di malam buta. Para korban raja push up beraksi dengan alas tanah dan rerumputan untuk menghangatkan badan agar menghindari beku kedinginan.

Sekira jam 1.00 di pagi itu kami akhirnya memastikan bahwa seluruh peserta telah melewati pos terakhir. Saya, Iyes, SY, serta beberapa tatib senior dan kehormatan mulai berkemas menuju camp lokasi utama. Bulan tak terlalu gelap kala itu...

Saya yang berjalan di depan kaget ketika mendengar suara 'gedebug'. Ternyata suara itu berasal dari SY yang berada di belakang saya. Dia jatuh tengkurap dari pematang sawah yang cukup tinggi hampir 1,5 m. Saya dan Iyes datang tergopoh-gopoh hendak menolong.

Tapi insting indera keenam saya seolah mengatakan ada yang aneh.

"Yes... Iyes... ke heula Yes!" sergah saya.

Saya tarik paksa lengan Iyes yang menggapai hendak menolong SY. Perasaan saya mengatakan ada yang aneh, karena meskipun SY jatuh dari pematang setinggi itu tapi ternyata tak ada erangan atau keluhan kesakitan sedikitpun...

Tubuh SY yang tejerembab tak bergerak sama sekali. Saya kemudian berteriak memanggil bantuan, dan Kang EP dari Angkatan 90 segera datang membantu.

Ketika tangan Akang itu hampir menyentuh tubuh SY... jantung kami hampir copot dan sontak menghentikan langkah. Kami menyaksikan adegan horor... Akang itu mengaum keras dengan wajah tengadah menghadap langit!!

Lutut saya gemetar seketika. Beberapa kawan datang bermunculan menolong dan sejurus kemudian Kang EP sudah mengendalikan dirinya. Ia terlihat beberapa kali menggelengkan kepalanya kuat-kuat sambil beristighfar.

SY yang pingsan akhirnya kami gotong dan dibawa menuju camp utama yang lokasinya masih lumayan jauh. Kami bersepuluh menggotong badan kurus dan terkesan ringkih itu bagaikan membawa benda seberat 3 kuintal atau mungkin lebih. Saya dan Iyes yang cuma berdua perempuan beberapa kali ambruk susah untuk mengangkat.

Angin terasa senyap di penghujung malam. Gerak hawa dingin menggoyang rimbunan pohon bambu, menimbulkan bunyi berdesir karena gesekan dedaunan. Melodi malam yang meremangkan sekujur tubuh kami...

Kami semua berdzikir sembari langkah kami terseok-seok membawa berat beban. Hampir setiap lima enam langkah serentak kami berhenti untuk menarik nafas dan menyatukan kekuatan agar terangkat.

Akhirnya dengan susah payah sampailah kami di tenda panitia yang berada di samping situ Cileunca. Kami baringkan SY senyaman mungkin, dengan di kanan kirinya didampingi orang-orang 'pinter' yang siap beraksi. Kang Iman Dorbus dan Kang Emir masing-masing sibuk memegang dan menotok simpul-simpul tertentu di tangan kawan kami yang pingsan itu.

Proses itu nampaknya untuk memulihkan kesadaran atau menekan kekuatan yang ada di dalam jasad kawan kami itu. Beberapa kali SY berontak kuat sambil sesekali mengaum. Kami semua dikomandoi untuk menuntunnya berdzikir.

Mulut SY perlahan bergerak berdzikir "Laa ilaha illallaaah..." Ia nampak sambil sepertinya melepaskan beban dari rongga dadanya.

Matanya pelahan terbuka sedikit.

"Man... Mir.. Tolong... Saya cape..." katanya memohon.

"Coba lawan dikit-dikit dan jangan putus berdzikir ya,” Iman berfatwa penuh khidmat.

SY mengangguk pelan. Kelelahan menyergapnya lagi dan matanya kembali tertutup. Bibirnya berhenti bergerak dan saya agak panik melihatnya. Saya mengusap kakinya yang sedari tadi kami pijit-pijit.

Saya berkata lirih.. "Emut Ceu... Istighfar..!!... Laa ilaaha illallaah...!!"

Tiba-tiba mata itu terbuka penuh dan membelalak memelototi kami dengan tajam. Tubuhnya bergerak cepat dan punggungnya terangkat bangun.

"Egrrrh… SAHA MANEH!!!" ia membentak sembari matanya yang menyala menghujam tepat di mata saya. Aumannya serasa langsung ke menghentikan detak jantung. Bulu kuduk meremang.

Saya beristighfar dan merasa seperti 'kabur pangacian'. Kesadaran rasanya tiba-tiba lenyap. Baru kali itulah saya mengalami dibentak dan dipelototi oleh 'makhluk asing' dengan mata yang begitu mengerikan...

"Istighfar Ceu!!" Iman dan Emir serentak menambah kuat totokannya sehingga SY menjerit kesakitan dan merebahkan kembali badannya.

Saya diisyaratkan untuk menghindar keluar dan saya menuruti saran mereka. Langkah kaki saya tujukan ke arah tempat pelaksanaan puncak acara, meski penuh perasaan khawatir kehilangan kawan.

Saya tetap berdoa agar dia kuat melawan makhluk yang ingin menguasainya. Menurut Kang Emir setiap lengah berdziikir maka kekuatan makhluk itu kian bertambah. Kondisi saat itu konon sudah 40:60 (mungkin ada alat ukur di tangan para suheng' itu). Angka 40% itu maksudnya adalah 'kekuatan' yang hendak mengambil kuasa atas jiwa kawan kami.

Kondisi memprihatinkan itu berlangsung hingga subuh. Syukur untuk Yang Maha Kuat, Dia melindungi kami dan menolong sahabat kami, sehingga SY dapat melepaskan diri dari pengaruh makhluk terkutuk itu. Prahara itu berakhir seiring kumandang adzan subuh.

Hayyaa alal falaaah... Sambutlah kemenangan wahai makhluk Allah yang mulia...

(kenangan ini saya tulis sembari menikmati cedera punggung - Imoel)

11 komentar:

  1. Teh Iyen, ceritana meni seruu.... bikin merinding, hehe...

    BalasHapus
  2. iiiihh....ceritana meni rameee, I like it bangeeedd...dulu sy kebagian di pos mana yaahh,,,nyesel uyy gak ikutan jd saksi mata....

    BalasHapus
  3. saksi mata01 April, 2011

    iih takuuut ya... da waktu itu situ Cileuncanya aja geleeep... mengerikan....mungkin ada penghuninya yg keganggu dengan kegiatan kita...
    namanya jg tengah malem...itu kan waktunya manusia beristirahat, dan waktu "mereka" beraktifitas kalie......
    @cut; kamu gak bakal sempet jd saksi mata pas liat pasti langsung pingsan...
    maana yg bikin ceritanya ya... nyumpuut kynya...

    BalasHapus
  4. pararunten bagi yg merasa nama, inisial, lokasi kejadian yg mirip,.. ini teh hanya pengalaman belaka... (ky sinetron..)
    @teh Tie; da abdi ge nyeratna sambil merinding...dugi ayeuna ngabayangkeun langkung keueung drpd wkts kejadian...
    @Qeu; wkt itu kamu lg sibuk ngegeret junior yg sdh ditutup matanya pk kain.(dicelupin kakinya ke pinggir situ sambil teriak.."kalian mau dijeburin gaaaa?"....)
    @saksimata: saya nyumput..takut gak dimuat, takut suheng2 merong marah...tulung-tulung!!

    BalasHapus
  5. Innalillaahi atau subhanallooh nya.....?
    iih tatuuttt...ternyata.....
    asa lupa2 ingat kejadiannya, soalnya gak ngeliat langsung....
    ramee eung ceritana, hanjakal abdi teu tiasa ningali lsg.....

    BalasHapus
  6. mun nyaho kitu urang moal miluan penutupan mabim

    BalasHapus
  7. utiizz... jadi maxutnyaaah, gara2 kamyu ikut penutupan mabim, jadi YS kesambet?? Jaka sembung makan kedondoooong..... gak nyambung dooong....

    BalasHapus
  8. calon suheng02 April, 2011

    abdi mah harita teh teu wani ninggali da can lulus jadi SUHENG...(kumaha tah para suheng?)
    tapi saya yakin kalo ka utizz.. mah moal wanieun eta dedemit teh... soalna mantul sirepna teh... malikan...(he..he.. tong ngambekan ah...)

    BalasHapus
  9. panitia mabim suheng02 April, 2011

    @calon suheng:euleuh-elueh kamu belum lulus? berarti belum ikut malam penutupan masa bimbingan suheng yah?...push up kamu!!! sambil makan neon!!!

    BalasHapus
  10. atuuuuut.... kade ah..

    BalasHapus
  11. tim kajian kader08 April, 2011

    jadi selain perlu pengkaderan junior pun perlu pengkaderan suheng...krn dl penanganan hal-hal (halah pabeulit...sambil ngadegdeg...)...sehingganya ttp ada suheng dl tiap angkatan..

    BalasHapus

Kisah Kikeu

Imoel's Notes

Foto Djadoel