Yang Lenyap dalam Kuliah

Sebenarnya cerita ini merupakan aib bagi saya pribadi, tapi daripada nanti ada yang duluan ngebongkar mending saya duluan yang bongkar aib ini...

Masih inget kan ketika pertama kali kita diterima di UNPAD, kita harus melaksanakan penataran P4 (naon sih kepanjangannya, udah lupa). Berapa hari lamanya penataran tsb dilaksanakan juga saya sudah lupa, tapi ada satu kejadian penting dan memalukan yg tdk pernah saya lupa sampai detik ini.

Kejadiannya berawal setelah acara ishoma (istirahat, sholat dan makan siang). Seperti biasa sebelum sholat saya makan terlebih dahulu karena selain emang perut sudah keroncongan, juga karena musholla putri selalu penuh (dulu kita belum punya mesjid, Alhamdulillah sekarang mesjidnya megah juga).

Setelah sholat dzuhur barulah saya makan, kebetulan waktu itu entah karena saya kuper atau memang kada yang mau berteman dengan saya, saya benar-benar sendiri, sholat sendiri, makan sendiri, pokonya sendiri di tengah keramaian (sedihnya...)

Akhirnya tibalah waktunya untuk sesi selanjutnya dengan materi yang benar-benar membosankan, yaitu UUD 1945, saya ingat betul yang ngasih materi adalah dosen Fakultas Hukum (tapi ada untungnya juga).

Setelah materi berjalan beberapa menit, didukung oleh suasana panas karena 124 orang dalam satu kelas (kebayang kan...) trus perut penuh karena baru saja diisi, ada angin sepoi-sepoi...

Maka bukan salah bunda mengandung, bila tiba-tiba si kantuk datang dan sudah tak tertahankan lagi. Kebetulan saya duduk di bangku paling depan, posisinya di tengah-tengah pula, posisi yang strategis untuk dosen berdiri, nyaris di depan mata...

Saya berusaha sekuat tenaga untuk melawan si kantuk dengan berbagai cara, tapi ternyata si kantuk lebih kuat, akhirnya bobollah pertahanan saya, saya ketiduran (lamun bahasa Inggrisna mah ngalenyap). Sial sekali nasib saya pada saat yang sama, sang dosen sudah ada di depan mata dan menegur saya dengan teguran yang cukup mengagetkan seisi kelas.

Bukan main kaget dan malunya saya saat itu, saya juga tidak ingat lagi seperti apa tepatnya reaksi saya ketika sang dosen menegur saya... (mungkin Teh Atoey atau Kang Sigit yang duduk di sebelah saya masih ingat?)

Tapi yang jelas setelah teguran tersebut si kantuk yang asalnya susah dilawan dengan sendirinya kabur ntah kemana (benar2 tidak bertanggungjawab...)

Begitulah aib saya, yang tidak diketahui oleh siapapun, karena saya yakin seyakin-yakinnya teman2 oxers yang lain juga mengalami nasib seperti saya (meni sok yakin pisan), hanya bedanya kalian di belakang, sedangkan saya di depan.

(kiriman spesial dari: Iyank)

Share