Jaimnya Diriku, Jaimnya Dirimu!

Senin subuh itu Stasiun Jatinegara penuh sesak. Sebagai anak kos, setiap awal bulan saya selalu mudik ke Jakarta, mengambil 'jatah' dari ortu. Saat itu saya bermaksud kembali ke Jatinangor, dan karena setiap hari Senin ada kuliah pertama yang dimulai pukul 10.00 WIB, maka saya memilih kereta yang berangkat paling pagi.

Saya berangkat pukul 05.45 WIB, alias meluncur dari rumah selepas subuh. Sekalipun jaraknya tdk terlalu jauh, tapi karena biasanya antrian tiketnya bisa 'mengular', maka jadilah pagi itu, tanpa sempat sarapan, saya berangkat ke Jatinegara. Dengan wanti-wanti dari ortu, supaya sarapan di kereta saja. Namanya ortu, mereka memang perhatian banget sama ananda tercinta...

Kereta datang dari Gambir sedikit ngaret. Setelah berdesakan di pintu masuk, akhirnya saya duduk juga di kursi paling depan di gerbong terakhir. Baru juga duduk, seseorang menyapa saya.

"Boleh duduk disini?" sapanya ramah.

Begitu melihat raut mukanya, saya hapal betul kalau dia adalah teman satu kampus, tapi berhubung saat itu masih semester 1, kami baru kenal dan belum terlalu akrab. Walhasil, kami memulai percakapan dengan sedikit jaim.

Satu jam berlalu. Pegawai restorka mulai menawarkan sarapan pagi. Teman saya itu masih seru dengan obrolannya. Padahal saya sudah mulai kelaparan, tapi ngga enak sama teman saya itu kalo harus makan sendirian. Kalau dia perempuan sih, saya mungkin punya keberanian utk mengajaknya makan. Tapi ini cowo, dan belum akrab pula. Ya sudahlah, saya mengurungkan niat utk sarapan.

Waktu berlalu. Aroma nasi goreng yg dipesan penumpang lain memenuhi seisi gerbong, membuat perut makin melilit. Tapi teman saya itu kok tidak menunjukkan tanda-tanda kelaparan sih? Dia masih asyik dengan tebak-tebakannya, yang semuanya rada 'nyerempet'... hehe.

Pegawai restorka masih lalu lalang, setia menunggu pesanan. Tapi saya tetap gak enak hati buat memesan, dan tetap gak punya keberanian. Maka untuk kesekian kalinya kembali saya menahan lapar.

Tiga jam kemudian, KA tiba di Bandung. Kami berpisah arah. Berhubung harus mengejar kuliah pukul 10.00 WIB sy putuskan untuk naik taksi ke Jatinangor. Hari itu perut saya yang lapar baru bisa terisi pukul 13.00 WIB selesai kuliah. Oh, malangnya...

Bertahun kemudian, dalam satu obrolan ringan tanpa 'srampat srempet', sang teman bilang kalo di KA pagi itu dia juga kelaparan. "Padahal waktu itu saya ingin beli makan lho, tapi gak enak sama kamu" katanya kurang lebih, dengan muka polos tanpa dosa, dan penuh ketulusan...

Haaaahh??? Jadiiii??? Gubraks!!!