Di suatu masa di ujung tahun 1993, saat saya sudah menjadi senior mula (da’ sudah lulus mabim tahun 1992), di saat saya sedang merasa kasep dan ganteng-gantengnya, disaat itu pula saya merasa seddiiih (double d, double i), beneran ini mah jujur, sedih saya, karena sebagai senior mula untuk penutupan Mabim angkatan 1993, saya harus berhadapan dengan angkatan sendiri 92 (berhadapan Oxers yang ikut lulusan mabim susulan – lumayan banyak, puluhan, upami teu percanten mah! Bayangkan, angkatan sendiri coba!
Disana pastilah ada rasa sungkan dan ewuh pakewuh yang tinggi, karena adanya issue yang tidak bisa dipungkiri, bahwa kita satu angkatan sebenarnya (sa guru sa elmu, tong ganggu!). Tetapi apa boleh buat, ini jalan yang harus ditempuh oleh kita bersama, baik Oxers yang sudah lulus duluan maupun Oxers yang lulus nyusul belakangan.
Selesai tidak selesaikan, kumpulkan!, Enak tidak enak, jalankan!. Saya yakin masing-masing kita sudah dewasa dan mengerti konsekuensinya. Pikir-pikir sejuta mikir, bagaimana ya cara saya menghadapi dan menyikapi keadaan ini . Dan akhirnya dapatlah ide brilian dari otak encer saya (dan memang terbukti saat lulus fapetpun tidak memalukan, IP Tiga koma Sembilan, 3,9!!!…. sembilan belas maksudnya). Adri, you know me-lah….
Idenya sbb :
* Saya konsisten untuk tetap berusaha “menyelamatkan rekan 92 yang ikut susulan”
* Juga konsisten pada semangat yang sudah digalang sejak pertama, 92 anti kekerasan, saya tekadkan di pos kecil kami itu : POS BEBAS KEKERASAN
* Untuk tidak menimbulkan kecemburuan social dan perbedaan perlakuan dengan angkatan 93 yang memang tahunnya untuk lulus mabim, saya tekadkan di pos kecil kami tersebut : POS BEBAS MALU
Jreng.. jreng.. dan tibalah malam kelulusan mabim yang dinanti. Susul menyusul masuklah peserta malam lulusan mabim dari angkatan 93 dan “92 susulan” ke berbagai pos yang telah disiapkan panitia. Dikejauhan terdengar suara riuh sahut menyahut di pos-pos lain, ada yang berteriak dan sesekali terdengar “Plak… Plok…!” Tak jelas kiranya juga “plak plok” itu suara apa… (hehe, kura-kura dalam perahu).
Masuklah kemudian rekan “92 susulan” ke pos saya berjaga, saya beri inisial saja Rhmt Hdyt, pria 92, jangkung dan bertampang artis mirip Ryan Hidayat ini masuk ke pos saya dengan sedikit senyum simpul bahagia di wajahnya, setelah mendapati dirinya dapat bertemu dengan rekan 92-nya (alias saya- hehe sok iyeh pisan nya’). Mungkin beliau, telah mendapat “perlakuan lain” di pos sebelum yang tidak bisa “terbayangkan” dan kebetulan saya pun tak enak hati untuk bertanya pengalaman dan perlakuan senior terhadap dia di pos-pos sebelumnya.
Dengan wajah empati, saya bertanya pada beliau :
Adri : “M..t (saya panggil berbisik dengan nama panggilannya), kumaha aman? Tos we, ayeuna tong kamana-mana, di dieu we jeung sayah aman.... Dijaminlah moal aya ‘plak plok’ siga pos sanes. Oke? Aya urang mah, aman!” Tapi…. mau yang hangat-hangat teu?
M…t : “Oke Dri..mau!” bisiknya. Dan senyumpun makin mengembang diwajah beliau. Sedikit tegukan minuman wedang jahe hangat jatah senior mungkin bisa jadi penghilang stress dan ketegangan malam itu meureun di benaknya.
Tak berapa lama, masuklah kemudian beberapa peserta mabim angkatan 93 (yunior). Pada momen itulah, tekad untuk mensukseskan wacana “POS BEBAS MALU” akhirnya saya jalankan. Bener Kang Rhmt Hdyt, ini mah “karena terpaksa”, ma’enya kita bicara bisik-bisikan terus, siga bobogohan wae atuh..
Adri : “Itu yang jangkung, sekarang jongkok posisi ½ duduk, habis itu posisi guling kiri, guling kanan 5 kali!, ayo sekarang! Cepat!”
M...t : ”Sayah…?”
Adri : “Iya kamu, siapa lagi yang jangkung disini! Katanya mau yang hangat-hangat, nah ini yang hangat …ayo olah raga sedikit!. Yang lain 93 coba simak dan perhatikan gerakannya temanmu ini!”
Dan senyum di wajahnya pun perlahan menghilang, seperti sinar sunset matahari senja Pantai Kuta yang perlahan menghilang ditelan bumi. Dibawah tatapan yunior-yunior 93 yang ada saat itu di pos bebas malu tersebut, mulailah si akang Rhmt Hdyt, yang baik budiman itu memulai gerakan-gerakan sesuai yang saya perintahnya tadi.
Waktupun berlalu, gerakan demi gerakan diperagakan oleh akang kita tersebut. Di ujung gerakan, saya mendekati akang Rhmt Hdyt yang masih terengah-engah sehabis posisi ½ jongkok dan menguling kanan mengguling kiri 5 x, dan sambil berbisik saya pun bertanya,
Adri :”Masih mau yang hangat-hangat lagi?” hehe wajah innocence mode on…..
Seingat saya, beliau tidak menjawab… hanya senyum dikulum sedikit menghias di wajahnya. Mungkin, yang ada dibenaknya saat itu “Ah nyaho kieu, meuning dicabok, Dri!”
Maafkan ya Kang M.t, hehe….
Salam
Adri Van Java
Disana pastilah ada rasa sungkan dan ewuh pakewuh yang tinggi, karena adanya issue yang tidak bisa dipungkiri, bahwa kita satu angkatan sebenarnya (sa guru sa elmu, tong ganggu!). Tetapi apa boleh buat, ini jalan yang harus ditempuh oleh kita bersama, baik Oxers yang sudah lulus duluan maupun Oxers yang lulus nyusul belakangan.
Selesai tidak selesaikan, kumpulkan!, Enak tidak enak, jalankan!. Saya yakin masing-masing kita sudah dewasa dan mengerti konsekuensinya. Pikir-pikir sejuta mikir, bagaimana ya cara saya menghadapi dan menyikapi keadaan ini . Dan akhirnya dapatlah ide brilian dari otak encer saya (dan memang terbukti saat lulus fapetpun tidak memalukan, IP Tiga koma Sembilan, 3,9!!!…. sembilan belas maksudnya). Adri, you know me-lah….
Idenya sbb :
* Saya konsisten untuk tetap berusaha “menyelamatkan rekan 92 yang ikut susulan”
* Juga konsisten pada semangat yang sudah digalang sejak pertama, 92 anti kekerasan, saya tekadkan di pos kecil kami itu : POS BEBAS KEKERASAN
* Untuk tidak menimbulkan kecemburuan social dan perbedaan perlakuan dengan angkatan 93 yang memang tahunnya untuk lulus mabim, saya tekadkan di pos kecil kami tersebut : POS BEBAS MALU
Jreng.. jreng.. dan tibalah malam kelulusan mabim yang dinanti. Susul menyusul masuklah peserta malam lulusan mabim dari angkatan 93 dan “92 susulan” ke berbagai pos yang telah disiapkan panitia. Dikejauhan terdengar suara riuh sahut menyahut di pos-pos lain, ada yang berteriak dan sesekali terdengar “Plak… Plok…!” Tak jelas kiranya juga “plak plok” itu suara apa… (hehe, kura-kura dalam perahu).
Masuklah kemudian rekan “92 susulan” ke pos saya berjaga, saya beri inisial saja Rhmt Hdyt, pria 92, jangkung dan bertampang artis mirip Ryan Hidayat ini masuk ke pos saya dengan sedikit senyum simpul bahagia di wajahnya, setelah mendapati dirinya dapat bertemu dengan rekan 92-nya (alias saya- hehe sok iyeh pisan nya’). Mungkin beliau, telah mendapat “perlakuan lain” di pos sebelum yang tidak bisa “terbayangkan” dan kebetulan saya pun tak enak hati untuk bertanya pengalaman dan perlakuan senior terhadap dia di pos-pos sebelumnya.
Dengan wajah empati, saya bertanya pada beliau :
Adri : “M..t (saya panggil berbisik dengan nama panggilannya), kumaha aman? Tos we, ayeuna tong kamana-mana, di dieu we jeung sayah aman.... Dijaminlah moal aya ‘plak plok’ siga pos sanes. Oke? Aya urang mah, aman!” Tapi…. mau yang hangat-hangat teu?
M…t : “Oke Dri..mau!” bisiknya. Dan senyumpun makin mengembang diwajah beliau. Sedikit tegukan minuman wedang jahe hangat jatah senior mungkin bisa jadi penghilang stress dan ketegangan malam itu meureun di benaknya.
Tak berapa lama, masuklah kemudian beberapa peserta mabim angkatan 93 (yunior). Pada momen itulah, tekad untuk mensukseskan wacana “POS BEBAS MALU” akhirnya saya jalankan. Bener Kang Rhmt Hdyt, ini mah “karena terpaksa”, ma’enya kita bicara bisik-bisikan terus, siga bobogohan wae atuh..
Adri : “Itu yang jangkung, sekarang jongkok posisi ½ duduk, habis itu posisi guling kiri, guling kanan 5 kali!, ayo sekarang! Cepat!”
M...t : ”Sayah…?”
Adri : “Iya kamu, siapa lagi yang jangkung disini! Katanya mau yang hangat-hangat, nah ini yang hangat …ayo olah raga sedikit!. Yang lain 93 coba simak dan perhatikan gerakannya temanmu ini!”
Dan senyum di wajahnya pun perlahan menghilang, seperti sinar sunset matahari senja Pantai Kuta yang perlahan menghilang ditelan bumi. Dibawah tatapan yunior-yunior 93 yang ada saat itu di pos bebas malu tersebut, mulailah si akang Rhmt Hdyt, yang baik budiman itu memulai gerakan-gerakan sesuai yang saya perintahnya tadi.
Waktupun berlalu, gerakan demi gerakan diperagakan oleh akang kita tersebut. Di ujung gerakan, saya mendekati akang Rhmt Hdyt yang masih terengah-engah sehabis posisi ½ jongkok dan menguling kanan mengguling kiri 5 x, dan sambil berbisik saya pun bertanya,
Adri :”Masih mau yang hangat-hangat lagi?” hehe wajah innocence mode on…..
Seingat saya, beliau tidak menjawab… hanya senyum dikulum sedikit menghias di wajahnya. Mungkin, yang ada dibenaknya saat itu “Ah nyaho kieu, meuning dicabok, Dri!”
Maafkan ya Kang M.t, hehe….
Salam
Adri Van Java
Kang M_t, maafkan saya dulu ya kang... rasanya donat J-Co hangat pantas melayang ke muka saya, bila kita bertemu lagi nanti.
BalasHapushahaha..mending mun donat drie...kumaha mun capuccino panas...hehehe....coba guling kanan guling kiri 10x.... : )
BalasHapusKang Adri... meni teungteuingeun....
BalasHapus