Perlindungan Sang Senior Sepak Bola

Mungkin kawan-kawan 92, sudah membaca beberapa tulisan saya sebelumnya, yang isinya relatif sama, bahwa betapa jailnya saya semasa kita muda dulu ceria, semasa kita berjuang bersama, sesama pejuang muda di kampus tercinta. Ya pejuang banyak artinya juga, ini beberapa arti pejuang dari pengamatan saya dulu:

#Pejuang "Agent of Change"-nya mahasiswa, itu artinya tugas yang mulia, catet!
#Pejuang yang memperjuangkan harapan orang tua agar cepat lulus dan cepat bekerja, mulia pisan eta.
#Pejuang IPK, dari klasemen Indeks Prestasi (IP):
1) Nasakom (Nasibnya Satu Koma)
2) PMDK (Persatuan Mahasiswa Dua Koma)
3) Koteka (Kelompok Telu Koma)
4) EE Mangandaan (Empat Edan, Mahasiswa Bukan? Da' emang Bukan)
#Pejuang Cinta, yang berusaha mencari dan memperjuangkan agar dapat bertemu tambatan hatinya masing-masing (mun ditarima eta oge!, ditolak sering na mah).. hahaha

Nah kawan, pada gilirannya juga sekarang saya menulis sisi lain dari pengalaman 'kecut' saya di masa lalu, semasa berkuliah di kampus Jatinangor. Jadi dengan adanya ungkapan jujur dari hati yang paling dalam ini, setidaknya dapat menjawab pertanyaan yang mungkin ada di benak kawan-kawan. "Jail-na kabina-kabina pisan ieu budak, pernah dapat apes-nya nggak tuh?"

Percayalah brother, sist, PERNAH!

Begini ceritanya...
Cerita ini dimulai dari semasa kita menjadi mahasiswa baru di pertengahan tahun 1992. Di hari pertama kedatangan kita, saat registrasi pertama, sudah ingat kan pastinya semua, kita mendapat pengalaman pertama masuk di ruang senat. Senior-senior dari berbagai angkatan sudah menunggu kita semua, siap 'menerkam' kita anak-anak baru lulus SMA ini yang masih polos dan imut ceria. Banyak cerita kita pribadi didalamnya, tapi yang pasti, mudah-mudahan kita sepaham, ujung dari prosesinya ini adalah kesimpulannya kita sepakat: "Moal sakali-sakali deui, sumpah moal!".. hehehe

Nah ini pengalaman saya: saya masuk ruang senat hari itu, terus terang saya lupa siapa-siapa saja 92 yang waktunya berbarengan saya hari itu. Ditanya senior, jawab "a" salah, jawab "b" juga salah, diam juga lebih salah. Bahkan wajah senior, tiba-tiba bisa tipis (jaraknya, red.) dekat dengan wajah kita, jauh lebih dekat dari wajah dua orang yang sedang jatuh cinta malah... Belum lagi hukuman fisik yang mengagetkan kita, kalau buat pria ya itu, mulailah ritual push up jari jemari tangan terkepal dan siaplah selama 6 bulan kedepan, menghadapi luka basah yang tiada tahu kapan akan keringnya... hehe.

Tapi ya itu, kok ada beruntungnya saya, tiba-tiba ada sang "senior penyelamat", ketika saya ditanya hobby kamu apa, saya jawab: "Sepak bola, kang!". Salah satu senior tiba-tiba menyela, "Apa, main bola? Sini kamu!" Dia tarik saya kepojokan ruang senat, disana sudah menunggu beberapa orang senior, yang seakan-akan siap menampung mahasiswa baru yang khusus berhobi sepakbola. Saya tidak sebut nama-nama senior kita itu, nggak enak nggak minta ijin, tapi yang pasti saya bersyukur dihari itu saya ditarik kepojokan. Betul kawan, sungguh saya bersyukur, karena suasana pertanyaan dan intrograsi-nya berbeda jika kita masih berada 'ditengah-tengah' ruang senat tersebut.

Saya ditanya baik-baik saat itu oleh mereka: main bola di mana, saya jawab di kompetisi Persib yunior semasa SMA dulu karena memang ikut sekolah sepakbola disalah satu klub peserta kompetisi tersebut, posisi main apa, apa mau ikut dalam pertandingan dies Natalis antar fakultas sebagai wakil 92 dan beberapa pertanyaan cross check lain tentang sepakbola, hanya untuk menguji bahwa saya tidak asbun soal sepakbola.

Terus terang ini mengangkat rasa percaya diri saya lagi, apalagi tawaran untuk berperan serta aktif di pertandingan olah raga dalam rangka Dies Natalis? Wow,, ini mah bangganya nggak dapat diukur dengan uang berapa-pun lah, suer saya tidak bisa lupa wajah-wajah akang senior kita tersebut yang telah 'menyelamatkan' saya hari itu, jasamu tiada dua, kang! Dan terbukti memang, tidak berapa lama, saya pun dapat keluar ruang senat, dengan tentunya setelah menyelesaikan ritual teriakan "Pamit, Pamit, Pamit!" (3 x kata senior), hehe, sementara rekan 92 yang lain masih ada dan masih berjuang " di tengah ruang senat", ampun jenderal!...

Singkat katanya, semasa masih jadi mahasiswa baru-pun, saya dan beberapa rekan 92 lain (antara lain, seingat saya kang Tedi Guru), bahu membahu bersama senior-senior dari 89 sampai 91 berlatih dan bertanding sepak bola dalam kegiatan dies natalis tahun 1992 tersebut. Dan hasilnya, tidak kira-kira kawan, fakultas kita juara sepakbola saat tahun tersebut... hore juara!. Saya bayangkan jika saat itu, mirip Irfan Bachdim mungkinlah saya saat itu, sementara Tedi Guru ya mirip Okto Maniani -lah, nggak salah...

Racikan yang pas dari pelatih, atas gabungan pemain yunior dan senior serta kerjasama tim yang solid-lah yang membuat fakultas kita juara sepak bola tahun itu. Terima kasih dan salut atas pelatih sepakbola fapet, Mr. Alfred Riedle, yang memang terkenal tegas dan bertangan dingin, Hidup Garuda! (wah ini belebay!) wkwk..

Tapi kawan..... Jrennkkk!!! Selepas kejuaraan dan masa-masa euforia kemenangan itu lewat, privilege ini berakhir. Seperti masa 'bulan madu' yang pasti akan ada akhirnya, kami-kami 92 yang telah jadi tim inti sepakbola fapet dan ikut membawa trofi piala juara itu pun harus kembali ke dunia nyata (kembali ke bumi, menurut istilah saya pribadi saat itu) bahwa sebenarnya angkatan 92 masih dalam proses Mabim dan 'belum lulus".

Tibalah kita 92, di malam penutupan mabim yang penuh suka duka cerita itu. Berbagai pos senior telah saya masuki dan berbagai macam 'action' di wajah ini jujur juga telah saya terima malam itu. Saya terus kuatkan hati saya untuk tidak menyerah, dengan satu tekad saya ingin 'lulus'. Tindakan dan penindakan senior saya terima lapang hati walau berat rasanya. Nah, tapi kawan, di pos senior sepakbola-lah, saya merasakan bahwa diatas kejahilan saya selama ini, ternyata masih ada yang jauh "lebih jahil dan usil", ya itu jawabnya: MEREKA. Para senior-senior yang wajahnya tidak akan saya pernah lupakan seumur hidup atas kebaikan mereka 'menyelamatkan' saya di ruang senat itu, merekalah jago-nya.

Saya disambut senyuman oleh mereka. Tidak ada teriakan dan "sentuhan sayang" ke wajah saya 035, sama sekali... nihil... zero! Yang ada cuma, tos-tos'an kekompakan tim sepakbola kami... "give me five"... wah ini sungguh surprise.. sangat meninabobo'kan...

Tetapi suasana akrab tersebut dipotong oleh salah seorang senior bola (tidak juga akan saya sebut ah namanya, hehe):

Senior: " Adri, gimana cape' teu malam ini?"
Adri: " Jujur kang..? Cape' kang, tapi masih siap, lanjut kang!"
Senior: "Udah sekarang, nggak usah kemana-mana, di pos ini ajah, setuju kamu?" sembari berkata agak keras dia biar didengar teman-teman seniornya.
Adri: "Setuju kang, kalau akang yang nyuruh mah!", saya lihat senior yang lain tersenyum-senyum geli, tapi suer, saya tidak tahu apa penyebab senyum-senyum geli mereka semua...

Lanjut senior bola itu lagi: " Udah biar hangat sekarang, olah raga dulu, Dri! Ayo sekarang posisi tengkurap, trus lanjut guling kiri dan kanan bolak balik tiga kali!"
Dalam hati saya berkata: " Ah, kalau cuma itu mah enteng!" Maka berbaring tengkurap-lah saya kemudian, guling kiri dan kanan sesuai perintah. Di ujung gerakan, si akang tadi berkata lagi: " Udah stop! Sekarang berbaring aja di atas rumput, merenung aja, Dri! Renungkan kita jadi juara 1, kan hasil kerjasama tim semua bukan? retoris dan berpuitis dia berkata.

Karena perintahnya merenung, ya saya merenung... sebenarnyanya saat itu saya merasa aneh... tapi "aneh-nya" apa saya tidak bisa mendeskripsikan. Saya hanya merasa "ada yang aneh" saja... Yang saya ingat, tempat saya berbaring dan merenung itu basah, tapi kok 'hangat"?. Ya pastilah, namanya juga embun malam penyebabnya, itu pikir saya malam ini dan pos ini sudah banyak orang yang masuk bukan?

Malam berlalu dan saya pun menghabiskan waktu dengan merenung di tempat itu. Anehnya juga, peserta mabim 92 lain yang masuk pos itu, tidak ada yang diperintahkan merenung seperti saya, kebanyakan dari mereka hanya disuruh untuk terus lanjut ke pos berikutnya.. "bae ah", saya pun tidak banyak bertanya-tanya lagi.

Brother dan sister juga sudah tahu, ujung acara tersebut shubuh itu, adalah pengumuman lulus mabim dan pemberian syal coklat Fapet kebanggaan. Senior semua memberi selamat, tak terkecuali senior-senior bola ke saya. Sambil bersalaman, rata-rata semua mereka berkata: "Selamat! Gimana enak semalam, Dri?" Ngke'... engke heula, aya naon yeuh? Radar dan nalar saya bertanya...

Terakhir, si akang bola yang perintah saya berbaring dan merenung tadi, mendekati saya sambil tersenyum-senyum kecil, dan sembari membawa air kecoklatan kuning muda hangat di wadah plastik (seperti kantong plastik gula transaparan ukuran 1/4 kilo-lah begitu).

Senior: "Ayo minum, hangat Dri! Selamat ya!". Saya menghirup air tersebut, teh hangat kawan..

Lanjut senior berkata: "Dri, kalau inget air teh, inget warna air apa ya, dri?? Kalau udah inget, nah air itulah yang basah dan membasahi ditempat kamu bersemedi semalam...!" haha sambil ketawa melengos dia..

Jrenk... Jrenk!!! Radar hati pun berkata dan terjawablah intuisi keanehan hati saya semalam: " Haram jadol pisan! Pantes Kok Bau Pesing!!!!!!" Rupanya.......?

Pantes yang bau yang aneh-aneh itu apa ya, air pesing-lah jawabnya... hahaha

Kena kau zekarang, Dri! hehehe

Salam ceria
AVJ-035

5 komentar:

  1. pantesan brow....dirimu keur eta bau banget....sugan teh emang beuki...hahaha...

    BalasHapus
  2. Nya' eta oge brother, untung bisa laku juga sekarang, hehe. Sebenarnya sih aib tapi gimana juga kang, "terpaksa" saya cerita di website milik kita ini, demi anak cucu kita nanti juga, nih kelakuan anak2 fapet waktu muda dulu... hahaha.
    Ilmu kepaksa dipakai. Dipaksa nulis sama Admin, setor cerita masa lalu. Ayo anu sanes, siapa lagi yang pernah kena pesing? haha

    BalasHapus
  3. pernah sekereta dr jatinegara28 Januari, 2011

    driii...karunya teuiiiing...untung sy mah mabim susulaaan...heuheu

    BalasHapus
  4. Inget men ball di pafet teh inget si uted si top scorer nya kang adri? Da manehna mah maenna lain ku suku tapi ku pingping! Nya muhun da sagalana ge anjeuna na mah pingping sadayana ti mastaka sampe sampeyan beungetna ge pingping sadayana !hehe.. teu nyambung kan koment na mun kitu teu rame hehe...

    BalasHapus
  5. Iya Ri, bener teu nyambung! kumaha ateuh!! maha maneh weh, wkwkw

    BalasHapus

Kisah Kikeu

Imoel's Notes

Foto Djadoel