Jangan Buang Sampahmu....

Sampah nampaknya sudah melekat dalam keseharian kehidupan kita, banyak yang merasa terganggu dengan keberadaannya dan tidak jarang juga ketika timbulannya semakin tinggi dan tidak diangkut untuk dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) akhirnya membuat kita gelagapan bahkan hingga membuat pemerintah pun kelabakan untuk menyelesaikan persoalannya.

Berbagai anggapan muncul sering dengan keberadaan sampah, ya baulah, sumber penyakitlah atau pandangan menjijikkan sehingga secara tidak sadar alam bawah sadar kita selalu memerintahkan agar sampah harus segera dihilangkan dari hadapan kita.

Penghasil sampah terbesar (lebih dari 50%) adalah rumah tangga. Setiap hari, diperkirakan rata-rata setiap penduduk menghasilkan 2-3 liter sampah, dan bila tidak dikelola dengan baik maka persoalan utama adalah gangguan terhadap kesehatan kita dan bahkan juga ancaman terhadap nyawa manusia. Seperti yang terjadi di TPA Leuwigajah - Bandung tahun 2005 yang menyebabkan meninggalnya lebih dari 140 nyawa penduduk tertimbun longsor sampah sejumlah jutaan meter kubik, serta di TPA Bantargebang pada tahun 2006 yang menewaskan sejumlah pemulung.

Sebenarnya persoalan sampah adalah persoalan kebiasaan kita. Jika setiap anggota masyarakat secara aktif mengelola sampah rumah tangga sebagai wujud tanggung jawabnya, maka jumlah beban sampah di TPA akan jauh berkurang, dan cara termudah untuk menyelesaikan persoalan sampah adalah dengan pemilahan...!

Coba tengok tempat sampah anda, sudahkah anda memisahkannya?, paling tidak menjadi 2 jenis sampah saja (organik dan non organik) sehingga memudahkan didalam pengelolaan sampah lebih lanjut. Sampah organik yang tidak dikelola paling tidak dalam satu hari saja sudah dapat menimbulkan bau, namun tidak dengan sampah non organik.

Setelah dipilah, maka keuntungan terbesar akan didapat oleh diri kita sekeluarga. Pertama kita akan mendapatkan sumber kompos yang terus –menerus bagi tanaman peliharaan serta kebun, kedua, dengan sampah an-organik (sisa bungkus mie instant, koran, bungkus kopi, botol minuman gelas, dsb) kita akan dapat mengkreasikannya menjadi bentuk ragam kerajinan menarik ataupun dijual dan uang hasil penjualannya dapat disumbangkan bagi aktivitas-aktivitas sosial lainnya, ketiga dengan memilah maka setidaknya kita sekeluarga telah membantu mengurangi timbulan sampah yang dapat merugikan diri kita dan orang lain.

Selamat memilah, dan jadikan pemeo buang sampah 'not in my backyard' menjadi pengelolaan sampah 'in my backyard'.

Salam Lestari,

Bambang Kusyanto
Penggiat Lingkungan Berkelanjutan, tinggal di Bandung

7 komentar:

  1. wah...mang YZK..bener kedah didoping yeuh...ternyata kopi sajah tidak cukup...wkwkwkw...parantos mamang...tulisan ttg pemilahan sampah dikintun sebelum kirim foto..he he

    BalasHapus
  2. ternyata artikelnya dihijikeun dengan foto! ck ck ck... maap stap kami kurang teliti pa IBK... artikel sdh bertengger dengan manis, silakan di-share via fb dll.

    BalasHapus
  3. cinta lingkungan20 Januari, 2011

    artikel yang bagus! kita memang dapat berperan dalam menjaga lingkungan, dengan andil kita masing-masing, sekecil apapun itu... trmksh pencerahannya, pak Bambang...

    BalasHapus
  4. @cinta lingkungan: makasih ya...betul ..titik awalnya dari diri kita...semoga semakin banyak orang-orang ke depan seperti anda...

    BalasHapus
  5. Tah kaya' gini dong, artikel..serius! Jadi semua mata dunia dapat memandang Oxers lebih lengkap lagi. Heureuy wae atuh barudak teh. Ini contoh baik dan juga artikel yang bagus. Salut buat penulis, terima kasih untuk pencerahannya.

    BalasHapus
  6. keur ngetrend nya eta fans..fans nan....wkwkwk...be te we....nuhun ka mamang dan eceu...kanggo komenna...laman ini tidak ceria tanpa dukungan dan komen sahabat-sahabat semua....

    BalasHapus
  7. pendukung bobotoh21 Januari, 2011

    yang biasa pake kata 'ceria' mah mudah diidentifikasi oleh KPK... trademark-nya terlalu kentara...

    BalasHapus

Kisah Kikeu

Imoel's Notes

Foto Djadoel