Empat Belas Jam yang Sangat Berarti dalam Hidup Saya...

Ujian dari Alloh ini diawali 12 tahun yang lalu sekitar bulan Nopember 1997. Bermula ketika pagi-pagi setelah bersiap pergi ke kampus, tiba-tiba saja kepala terasa sakit, yang amat sangat.. kemudian tidak bisa bicara (rero), tangan serta kaki jadi lemas. Untunglah saat itu ada Bapak yang kemudian membawa saya ke RS M...

Setelah masuk UGD, diperiksa sebentar oleh perawat jaga (dokter ?) kemudian disuruh menunggu tanpa ada kejelasan apa-apa. Dua jam kemudian, baru datang dokter yang memeriksa dan langsung memvonis saya terkena usus buntu dan harus segera dioperasi, tapi keluarga waktu itu masih penasaran, tak berapa lama datang dokter lainnya dan mengatakan saya hanya kelelahan dan stress. Melihat gelagat yang agak mengkhawatirkan, bahwa hanya selang beberapa menit saja, dua orang dokter sudah memvonis saya dengan penyakit yang berbeda, akhirnya keluarga memutuskan memindahkan saya ke RS H....

Setelah diperiksa di UGD, saya divonis stroke dan harus dirawat. Mulailah perjalanan saya, mengisi hari-hari di tempat tidur, perasaan sedih dan kecewa karena harus meninggalkan skripsi yang tinggal tahap perbaikan setelah sebelumnya sidang skripsi dan dinyatakan lulus. Selanjutnya pemeriksaan demi pemeriksaan dijalani, mulai dari EKG jantung, CT Scan kepala, Angiography (yang membuat leher saya teramat sakit karena disuntikkan cairan kontras), sampai pengambilan sampel sumsum tulang belakang (entah untuk apa..).

Akhirnya, dapat diketahui bahwa saya terkena stroke karena AVM (Arterio Venous Malformation) atau kelainan pembuluh darah bawaan/sejak lahir. Barulah terjawab pertanyaan saya, karena sebelumnya sering sekali merasakan pusing/sakit kepala, namun tidak pernah dihiraukan karena saya pikir hanya pusing biasa akibat kecapean, namun ternyata akibatnya sangat fatal..

Setelah kurang lebih 3 minggu 'menginap' di RS, saya diperbolehkan pulang, (karena tidak ada yang bisa diobati), walaupun untuk berjalan pun belum mampu.. Waktu itu Dokter menyarankan untuk dilakukan operasi, tapi untuk saat itu belum bisa dilakukan di Indonesia, karena belum ada ahlinya. Setelah itu dicoba untuk mendapatkan second opinion dengan mendatangi Dokter ahli Bedah Syaraf. Hasilnya adalah tidak terlalu mendesak untuk dilakukan operasi, tanpa menyebutkan efek samping apa yang akan terjadi. Mendengar hal itu, kami sedikit bernafas lega. Kelegaan kami bertambah karena kondisi saya yang berangsur-angsur pulih, dari yang asalnya belum bisa berjalan, sampai bisa berjalan lagi walau masih pelan dan harus sangat hati-hati...

Alhamdulillaah kondisi saya terus membaik, saya sudah bisa beraktivitas dengan normal, sempat pula bekerja di lapangan (tahun 1998-2001) sampai akhirnya menikah pada tanggal 4 Juni 2000. Walau begitu kegiatan kontrol rutin ke dokter syaraf adalah sesuatu yang wajib, karena dampak dari pecahnya pembuluh darah di otak menyebabkan kejang tiba-tiba (epilepsi). Untuk itu saya terpaksa harus mengkonsumsi Luminal setiap malam, sebagai obat pencegah kejang.

Sampai pada bulan September 2000, saat kondisi hamil 3 bulan, saya kembali mengalami kejang, kejang yang terburuk sepanjang hidup saya, kali ini dalam sehari saya kejang sampai 5x (biasanya kalaupun mengalami kejang, hanya 1x/hari dan jaraknya cukup lama dengan kejang berikutnya, bisa berbulan-bulan), mungkin karena sebelumnya mengikuti kegiatan pelatihan dan kecapean.. Perasaan khawatir saya agak berkurang setelah diperiksakan ke dokter kandungan, Alhamdulillaah tidak terjadi apa-apa dengan janin saya, namun saya harus bed rest.

Tanggal 7 Maret 2001, jam 06.20 saya melahirkan lewat bedah caesar (karena saya tidak boleh mengejan) diiringi kehawatiran.. karena pada umur 7 bulan kehamilan, saya sempat ’ditegur’ oleh dokter syaraf, kenapa saya hamil karena resikonya tinggi dan anaknya ada kemungkinan terlahir cacat, juga bisa mengancam jiwa saya katanya.. itu karena pengaruh obat luminal yang harus selalu saya minum.. saya hanya bisa pasrah pada Alloh SWT, dengan dukungan suami dan keluarga, saya jalani hari-hari selanjutnya.. Ternyata Alloh membuktikan kebesaran-Nya ... buah hati saya terlahir sehat dan normal, Alhamdulillaah...

Bulan Maret 2003, serangan stroke yang kedua... Sungguh diluar dugaan, padahal malamnya saya sempat pergi ke dokter anak, karena anak saya sakit. Ketika bangun tidur, kepala saya sakit tidak tertahankan, kaki dan tangan terasa lemah. Dalam hati saya menduga jangan-jangan stroke lagi.. Saya langsung dilarikan ke RS B..........., masuk UGD, setelah diperiksa oleh dokter jaga, diputuskan saya harus dirawat. Setelah pihak RS menghubungi dokter ahli Syaraf, saya harus masuk Stroke Unit, yaitu tempat perawatan khusus untuk orang-orang yang kena stroke.

Pertama kali masuk, saya sempat shock dan meneteskan air mata, karena hanya saya satu-satunya pasien yang ’sadar’ dan paling muda. Hari-hari saya selanjutnya diwarnai dengan berbagai ’penderitaan’, mulai dari pemeriksaan-pemeriksaan (CT Scan), kehilangan nafsu makan (karena kepala yang nyeri mengakibatkan perut jadi mual..) sampai pada saat paling menegangkan dalam hidup saya, untuk pertama kalinya di tengah hening malam, terdengar seorang Nenek di sebelah meregang nyawa (benar-benar menjadi pengalaman tak terlupakan dalam hidup saya...Ya Alloh, begitu mudahnya Engkau mencabut nyawa seseorang yang telah Engkau kehendaki...). Kiranya seminggu berada di Stroke Unit cukup banyak memberi pelajaran bagi saya, terutama mengenai arti mensyukuri hidup dan ke-MahaBesar-an Alloh SWT...

Seminggu selanjutnya saya dirawat di ruang rawat biasa, itu pun sudah cukup membuat saya lega, karena disini saya masih bisa ditemani keluarga dan berinteraksi dengan pasien lain. Dari hasil pemeriksaan, stroke kali ini juga dikarenakan pecah pembuluh darah, persis seperti saat stroke pertama menyerang. Namun karena ini sudah yang kedua kalinya, maka saya harus pasrah ketika kenyataannya kaki kanan tidak bisa pulih dan menjadi lemah (lumpuh). Akhirnya meskipun dengan kondisi yang belum sepenuhnya ’normal’ saya diperbolehkan pulang, Alhamdulillaah...saya akan kembali merasakan kehangatan di rumah..

Baru 2 minggu merasakan kembali hangatnya rumah, saya terpaksa dilarikan lagi ke RS B....... karena di sekujur tubuh timbul bercak-bercak merah seperti luka bakar dan saya juga tidak bisa menelan makanan apa-apa karena mulut sakit. Ternyata saya kena Steven Johnson’s Syndrome atau alergi kulit yang sudah amat parah dan penyebabnya adalah obat Phenytoin (obat pencegah kejang juga). Saya harus dirawat, tapi karena saat itu RS penuh, maka keluarga memindahkan saya ke RS A.......

Alergi yang saya alami sudah sangat parah sehingga sampai pula pada saluran nafas dan pencernaan yang membuat saya terpaksa hanya bisa makan ’minuman’, bahkan untuk bicara pun tidak bisa karena mulut penuh oleh semacam sariawan, hingga untuk berkomunikasi harus menggunakan tulisan. Setelah dua minggu dirawat, saya berangsur-angsur pulih dan diperbolehkan pulang, dengan catatan harus melanjutkan pengobatan kulit yang ’rusak’ di rumah dengan salep-salep yang lumayan mahal harganya...

Tahun 2005
Januari, keluhan nyeri kepala saya kambuh dan bertambah sering, berkaca dari pengalaman sebelumnya, saya langsung memeriksakan diri ke Dokter ahli Syaraf. Saya diharuskan melakukan EEG (pencatat gelombang otak), berkaitan dengan kejang (epilepsi) yang sering saya alami. Diteruskan dengan CT Scan kepala, belum puas dengan hasilnya, dokter menyarankan untuk melakukan MRI dan MRA. Namun kemudian saya terserang Bell’s Palsy, tapi karena belum terlalu parah, jadi masih bisa berobat jalan. Alhamdulillaah dalam waktu 2 minggu, penyakit tersebut sudah sembuh.


Saya melakukan pemeriksaan MRI dan MRA pada bulan April. Setelah diperlihatkan pada Dokter ahli Syaraf, beliau menganjurkan untuk berkonsultasi dengan Dokter ahli Bedah Syaraf. Setelah melakukan konsultasi beberapa kali dengan Dokter ahli Bedah Syaraf, beliau menyarankan untuk melakukan tindakan bedah/operasi. Keluarga awalnya agak keberatan dengan keputusan Dokter tersebut, yaa..mereka khawatir operasi justru akan berdampak buruk bagi saya. Namun herannya, ketika mendengar keputusan untuk operasi, saya tidak takut, tidak ada rasa khawatir sedikitpun dalam hati, malah saya merasa mantap dengan keputusan itu, walau akhirnya ada juga sedikit rasa khawatir dalam hati saya, tapi itu pun lebih pada kekhawatiran akan buah hati saya, tidak pada diri saya sendiri.....

Mei, persiapan untuk operasi telah dilakukan sejak awal, mulai dari mencari waktu yang tepat sampai pada pemeriksaan-pemeriksaan menjelang operasi. Beberapa kali jadual operasi diundur dan saya harus keluar masuk RS karena alasan-alasan yang cukup masuk akal seperti menunggu ruang ICU kosong (karena mau tidak mau, pasca operasi, saya harus menginap dulu di ruang ICU).

Akhirnya diputuskan operasi akan dilakukan pada tanggal 18 Mei 2005 pukul 14.00, ada rasa lega dalam hati karena penantian panjang saya akhirnya akan selesai, tapi ada juga secuil khawatir.. -Untunglah ada suami yang dengan setia mendampingi saya dan selalu memberi dukungan penuh-. Tapi saya kuatkan diri demi keluarga tercinta dan demi diri sendiri. Dua hari sebelum operasi, saya sudah masuk RS untuk melakukan pemeriksaan-pemeriksaan yang dibutuhkan pada saat operasi nanti.

Sehari sebelum operasi, keluarga membawa anak saya menjenguk, walaupun saya yang harus keluar menemuinya, karena dia tidak diijinkan masuk oleh pihak RS. Saya ciumi dia, saya dekap dia erat-erat, dalam hati kecil ada rasa khawatir, mungkinkah ini ciuman dan dekapan saya yang terakhir pada buah hati saya..? Tapi saya berusaha untuk tidak menangis, walau air mata rasanya ingin tumpah saat itu, saya hanya berbisik padanya, ”Do’akan Ibun ya, Nak...”

Pada hari H, setelah sarapan, saya diharuskan untuk puasa. Persiapan selanjutnya adalah menggunduli rambut, walaupun saat itu hanya setengah bagian depan saja yang digunduli sedangkan sebagian yang lain cukup dipotong sangat pendek saja (walaupun pasca operasi, akhirnya saya benar-benar digunduli...kasihan anak saya, tidak bisa lagi mempermainkan rambut saya- seperti yang biasa dia lakukan menjelang tidur..).

Setelah masuk waktu Dzuhur, saya melaksanakan sholat Dzuhur sekaligus menjama’ sholat Ashar, karena Dokter ahli Bedah Syaraf memperkirakan operasi akan memakan waktu antara 6-7 jam, saya pikir sholat Maghrib dan Isya bisa saya lakukan pasca operasi. Sebelum masuk ruang operasi, saya melakukan pemeriksaan MRA, sebagai panduan bagi Dokter ahli Bedah Syaraf untuk melakukan operasi.

Diiringi do’a dari suami, keluarga, saudara dan sahabat, akhirnya saya masuk ruang operasi pada pukul 13.30. Bismillaahirrahmaanirrahiim... Laa haula walaa quwwata illa billaah..Yaa Alloh, hanya kepada Engkau hamba memohon pertolongan dan menggantungkan harapan, hanya Engkau yang bisa memantapkan hati hamba serta memberikan keselamatan dan kelancaran dalam segala sesuatunya, hanya kepada-Mu hamba meminta....izinkanlah, Ya Robb....!!

Sampai di ruang operasi, melihat banyak sekali dokter dengan pakaian khusus operasi dan perlengkapan operasi (walau ini bukan operasi pertama yang saya jalani), saya baru merasa tegang dan menangis, Yaa Alloh, berilah hamba kekuatan, bisik saya dalam hati.. Dokter ahli Bedah Syaraf mendekati saya dan bertanya apakah sudah siap.. Saya hanya bisa mengangguk, kemudian kami berdo’a bersama dan setelah itu saya pun tertidur.....

19 Mei 2005, kurang lebih pukul 07.00, saya membuka mata, mula-mula semua tampak samar tapi lama-lama menjadi jelas (Aah..ternyata seperti yang sering saya tonton di film/sinetron, bila seseorang selesai menjalani operasi,saya mengalaminya juga...). Saya rasakan kepala berdenyut-denyut, di sisi saya ada Mamah dan Bapak serta Suami di sisi yang lain. Saya hanya ingat belum melaksanakan sholat Maghrib dan Isya, Mamah memberitahu kalau sekarang sudah pagi, sudah terlewat waktu sholat Maghrib dan Isya, saya kaget campur menyesal, tapi Bapak menenangkan saya, karena dalam kondisi tidak sadar, jadi tidak masalah saya tidak melaksanakan sholat...

Bapak pun menyarankan untuk melakukan sholat Shubuh saja, akhirnya dengan sekuat tenaga, saya berusaha memusatkan fikiran untuk melaksanakan sholat Shubuh. Dalam sholat saya kali ini saya menangis, menumpahkan rasa syukur, kegembiraan dan berjuta perasaan lain. Alhamdulillaah Yaa Alloh, hamba masih diberi kesempatan untuk meneruskan kehidupan ini. Syukur atas Cinta dan Kasih-Mu yang senantiasa tercurah pada hamba. Syukur atas ke-MahaKuasa-an-Mu yang tidak terkira. Syukur atas segala yang Kau anugerahkan pada hamba. Alhamdulillaah...

Setelah sholat Shubuh, saya pun kembali tertidur, mungkin pengaruh obat bius masih ada. Ketika saya membuka mata untuk kedua kalinya, ada Suami, Mamah mertua dan kakak ipar saya. Saya belum bisa banyak bicara, hanya perut saya terasa lapar, ooh mungkin karena hampir 24 jam perut saya tidak terisi apa-apa, akhirnya suami minta sesuatu yang bisa dimakan. Oleh suster saya diberi segelas susu hangat, Alhamdulillaah lumayan untuk menghilangkan rasa haus dan lapar.

Tidak lama kemudian, Dokter ahli Bedah Syaraf yang mengoperasi saya datang sambil memperlihatkan ’jaringan’ yang diambil dari dari dalam otak, mungkin pembuluh darah yang dipotong tadi, entahlah saya tidak terlalu memikirkan itu. Saya hanya merasa sangat berterimakasih pada beliau yang tidak kenal lelah selama kurang lebih 14 jam (kebayang kan pusingnya..) melakukan sesuatu yang sangat berarti bagi hidup saya. Tentu saja hal ini tidak lepas dari Kuasa dan ijin-Nya jua.. Sehari di ICU merupakan pengalaman yang tidak terlupakan selama hidup saya, selanjutnya saya dipindahkan ke ruang rawat biasa dan menunggu sampai luka-luka pasca operasi kering. Hari keempat pasca operasi, perban di kepala saya boleh dibuka..

Subhanallooh, saya lihat bekas operasi di kepala membentuk letter U dengan panjang sekitar 8 cm dan lebar sekitar 3 cm, ’ngeri' juga bila membayangkan apa yang telah dilakukan pada ’otak’ saya... Alhamdulillah seminggu pasca operasi saya diijinkan pulang.

Pengalaman yang terjadi 4 tahun lalu ini boleh dibilang sangat penting bagi hidup saya sekarang. Bisa jadi peristiwa itu merupakan titik akhir dari perjalanan ’sakit’ saya (mudah-mudahan...) sekaligus merupakan titik awal bagi saya untuk menjalani ’kesempatan kedua’ yang diberikan Alloh SWT untuk menjalani hidup ini...

Hari ini....
Saya ’bagikan’ pengalaman ini pada semua keluarga, sahabat dan teman. Tidak ada maksud lain, selain ingin berbagi, karena pengalaman adalah guru yang terbaik. Mudah-mudahan ke depan kita tidak lagi cuek dengan keluhan sekecil apa pun pada tubuh kita, boleh jadi kita tidak merasa terganggu dengan keluhan yang hanya sedikit itu, tapi bisa jadi itu merupakan ’bom waktu’ yang siap meledak kapan saja... Semoga bermanfaat....

Terimakasih saya sampaikan kepada suami tercinta, orang tua serta keluarga besar, saudara, sahabat dan teman atas cinta, do’a, pengorbanan, serta dukungan moril & materil selama saya ’sakit’. Secara khusus pula saya haturkan terimakasih saya kepada Dr. Reggy Panggabean Sp.S (K), Dr. Setyo Widi Nugroho, Sp.BS, Dr. H. Oki Suwarsa, M.Kes. Sp.KK, serta Dokter-dokter lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, yang telah membantu proses penyembuhan saya..Hanya Alloh SWT saja yang bisa membalas semua.. Aamiin....

Diposting kembali disini sebagaimana apa adanya dituliskan oleh Iyank pada note-nya disini, dengan penyesuaian layout sekedarnya. Ox92 Online angkat sebagai hikmah bagi kita, keluarga besar Ox 92. Semoga bermanfaat dan menggugah rasa sabar dan syukur...

8 komentar:

  1. Inspired story. Terima kasih teh Iyank yang sudah sharing pengalaman pribadinya. Betul ini dapat jadi hikmah bagi kami-kami semua. Tabah dan sabar dalam menjalani semua cobaan-Nya. Nuhun Teteh. Salam, Adrip-035.

    BalasHapus
  2. betul kangmas Adrip, memang kisah yang luar biasa... semoga kita kita dapat mengambil hikmahnya... trmksh teh Iyank

    BalasHapus
  3. terimakasih buat saudara2 oxers, berkat doa dan dukungan dari kalian juga, saya bisa tetap sabar dan bisa menjalani hidup ini dg semangat.....

    BalasHapus
  4. kita amat dapat belajar keikhlasan dalam menerima dan menjalani hidup yang menjadi energi tak terbendung dalam tasyakur atas apapun yang menjadi garisannya... toek our belove sister... setiap langkah dan nafasmu bukan hanya kekuatan untukmoe... tapi untuk kami semua...

    BalasHapus
  5. thanks iyank untuk ceritanya , luar biasa dengan semua kesabarannya dan keluarga, semoga kedepan ini akan membuat kita semakin dekat pada Yang Membuat Hidup...

    BalasHapus
  6. terimakasih buat saudara2 oxers, berkat doa dan dukungan dari kalian juga, saya bisa tetap sabar dan bisa menjalani hidup ini dg semangat.....

    ayeuna mah tiasa dinamian....
    hehe...maklum gaptek....

    BalasHapus
  7. Halo.. Salam kenal..
    Boleh minta no HPnya? Aku juga saat ini divonis AVM. Pengen tanya2...

    BalasHapus
  8. salam kenal juga, silakan anda boleh kontak admin di 087739035255, nanti akan saya coba hubungkan dengan beliau (ibu iyank). semoga Tuhan selalu melimpahkan kesabaran dan ketabahan. trmksh ya...

    BalasHapus

Kisah Kikeu

Imoel's Notes

Foto Djadoel