Masih inget kisah legendaris Ox92 kita? Diantara yang termasyhur adalah cerita tentang seorang anak manusia berinisial URS yang memasuki ruang senat mahasiswa Fakultas Peternakan Unpad untuk pertama kalinya dengan penuh kebanggaan, dan harus keluar dengan membawa kenangan buruk yang mungkin akan terbawa sampai akhir hayatnya (jiah, ngeri amat ya Mat?).
Saya adalah saksi hidup kejadian tersebut. Bahkan saya pun mengalami 'aib' yang tidak terlupakan, karena dipaksa oleh rejim senior yang kejam untuk melakukan gerak slow motion ala film the six million dollar man untuk berangkulan dan menyalami tersangka LS. Peristiwa ini terjadi di bulan Agustus 1992.
Adegan yang saya alami adalah dalam rangka menunjukkan kegembiraan yang meluap-luap karena menemukan teman baru di kampus Fapet UNPAD. Saudara LS saat ini masih hidup dan berkeliaran di muka bumi dengan wajahnya yang ceria dan silakan cross check pengakuan saya kepada yang bersangkutan. Meski kami masing-masing sudah mendapatkan pasangan hidup, tetapi boleh jadi pelukan di siang itu adalah pelukan terindah dalam hidup kami.
Kembali ke laptop. Saudara kita URS dipaksa dalam sebuah adegan yang mirip rekonstruksi kasus pengusiran, untuk segera meninggalkan ruangan Sema. Hari sudah menjelang sore, dan nampaknya puluhan aparat Sema dan antek-anteknya sudah jenuh dengan suguhan kami, para mahasiswa baru yang tidak seluruhnya mampu memancing tawa, secara kami memang bukanlah jebolan srimulat, melainkan hanyalah para mantan siswa SMA yang lugu, polos dan baru mengenal dunia (halah...)
Tibalah giliran saudara URS dipanggil untuk pamit. Dia menerima wejangan dari akang euceu senior tentang tatacara atau adat istiadat meninggalkan ruang Sema. Dirasa cukup, URS pun diperintahkan menuju tengah ruangan yang overload dengan manusia-manusia iseng yang sebagiannya sangat sangar itu. Mungkin ada diantara para senior itu yang memiliki masalah-masalah pribadi yang akut yang tidak terlampiaskan, yang menyebabkan sebagian keisengan mereka berada diambang ketidakwajaran.
"Assalaamu'alaikum wrwb...", URS memulai pidatonya dan ruangan segera menjadi hening setelah mendapatkan komando untuk mendengarkan. Detik berikutnya, sebagaimana diperintahkan, meluncurlah barisan kata-kata yang diucapkan dengan kesadaran setengah penuh dari mulut URS. Kata-kata pamitan yang tulus dan penuh kegembiraan, karena akan segera menghirup udara bebas. Terlalu lama di ruang Sema kelihatannya memang kurang baik untuk kesehatan.
Dia mengakhiri pamitannya dengan salam yang fasih dan , dan segera menuju arah pintu keluar. Sebuah tindakan yang segera memancing reaksi sebagian senior -mungkin oknum tatib- yang bergerak sigap seperti para satpol PP melihat gelandangan yang berusaha ngacir.
"Kamu kan sudah dibilang harus teriakkan yel-yel sebelum pulang!!" bentakan itu membahana membuat eternit ruang Sema Fapet UNPAD seolah hendak runtuh...
Senior bicara adalah titah baginda raja. Apalagi kalau senior bicara dengan nada sekeras itu, yang berpotensi memutuskan nadi lehernya sendiri. Anak kecil akan menangis dan mengalami trauma berjam-jam.
"Ayo teriakkan sekarang!!" hardikan itu sudah mengabaikan protokol PBB untuk perlindungan hak-hak asasi mahasiswa baru fapet (emang ada?).
Seolah dunia akan kiamat, jika yel-yel itu tidak segera terluncur dari mulut saudara kita URS yang malang. Yel-yel "Fapet" adalah deretan huruf-huruf yang sakral, yang jika para mahasiswa baru kurang menyebutnya setiap hari, akan mengakibatkan ketidakseimbangan struktur hormonal selama menjalani kuliah. Gejala dari syndrome ini adalah ketidakhadiran rasa bangga menjadi anak fapet, kurang percaya diri, kalau ditanya kuliah dimana hanya menjawab "unpad" saja dll. Parah memang akibatnya...
Putaran planet bumi seolah berhenti. Keheningan kembali menyergap dalam hitungan detik. Semua mata dan perhatian tertuju pada URS yang dengan segera mengumpulkan memori jangka pendeknya, dan teringat pada wejangan tatacara pamit. Senyap disambung dengan adegan yang tak memilukan. Satu... dua... tiga...
"PAMIT! PAMIT! PAMIT!!"
Tangan para senior segera berhamburan, seolah berlomba hendak mencengkeram kerah manusia malang yang tersudutkan...
1.) Foto itu adalah BUKAN URS, tetapi CG yang termasyhur. Disematkan di tulisan ini tanpa maksud apa-apa, kecuali menggambarkan semangat mahasiswa baru :)
2.) Tulisan ini pernah dipublikasikan disini.
Salam hangat dari Kota Republik,
YZK
Saya adalah saksi hidup kejadian tersebut. Bahkan saya pun mengalami 'aib' yang tidak terlupakan, karena dipaksa oleh rejim senior yang kejam untuk melakukan gerak slow motion ala film the six million dollar man untuk berangkulan dan menyalami tersangka LS. Peristiwa ini terjadi di bulan Agustus 1992.
Adegan yang saya alami adalah dalam rangka menunjukkan kegembiraan yang meluap-luap karena menemukan teman baru di kampus Fapet UNPAD. Saudara LS saat ini masih hidup dan berkeliaran di muka bumi dengan wajahnya yang ceria dan silakan cross check pengakuan saya kepada yang bersangkutan. Meski kami masing-masing sudah mendapatkan pasangan hidup, tetapi boleh jadi pelukan di siang itu adalah pelukan terindah dalam hidup kami.
Kembali ke laptop. Saudara kita URS dipaksa dalam sebuah adegan yang mirip rekonstruksi kasus pengusiran, untuk segera meninggalkan ruangan Sema. Hari sudah menjelang sore, dan nampaknya puluhan aparat Sema dan antek-anteknya sudah jenuh dengan suguhan kami, para mahasiswa baru yang tidak seluruhnya mampu memancing tawa, secara kami memang bukanlah jebolan srimulat, melainkan hanyalah para mantan siswa SMA yang lugu, polos dan baru mengenal dunia (halah...)
Tibalah giliran saudara URS dipanggil untuk pamit. Dia menerima wejangan dari akang euceu senior tentang tatacara atau adat istiadat meninggalkan ruang Sema. Dirasa cukup, URS pun diperintahkan menuju tengah ruangan yang overload dengan manusia-manusia iseng yang sebagiannya sangat sangar itu. Mungkin ada diantara para senior itu yang memiliki masalah-masalah pribadi yang akut yang tidak terlampiaskan, yang menyebabkan sebagian keisengan mereka berada diambang ketidakwajaran.
"Assalaamu'alaikum wrwb...", URS memulai pidatonya dan ruangan segera menjadi hening setelah mendapatkan komando untuk mendengarkan. Detik berikutnya, sebagaimana diperintahkan, meluncurlah barisan kata-kata yang diucapkan dengan kesadaran setengah penuh dari mulut URS. Kata-kata pamitan yang tulus dan penuh kegembiraan, karena akan segera menghirup udara bebas. Terlalu lama di ruang Sema kelihatannya memang kurang baik untuk kesehatan.
Dia mengakhiri pamitannya dengan salam yang fasih dan , dan segera menuju arah pintu keluar. Sebuah tindakan yang segera memancing reaksi sebagian senior -mungkin oknum tatib- yang bergerak sigap seperti para satpol PP melihat gelandangan yang berusaha ngacir.
"Kamu kan sudah dibilang harus teriakkan yel-yel sebelum pulang!!" bentakan itu membahana membuat eternit ruang Sema Fapet UNPAD seolah hendak runtuh...
Senior bicara adalah titah baginda raja. Apalagi kalau senior bicara dengan nada sekeras itu, yang berpotensi memutuskan nadi lehernya sendiri. Anak kecil akan menangis dan mengalami trauma berjam-jam.
"Ayo teriakkan sekarang!!" hardikan itu sudah mengabaikan protokol PBB untuk perlindungan hak-hak asasi mahasiswa baru fapet (emang ada?).
Seolah dunia akan kiamat, jika yel-yel itu tidak segera terluncur dari mulut saudara kita URS yang malang. Yel-yel "Fapet" adalah deretan huruf-huruf yang sakral, yang jika para mahasiswa baru kurang menyebutnya setiap hari, akan mengakibatkan ketidakseimbangan struktur hormonal selama menjalani kuliah. Gejala dari syndrome ini adalah ketidakhadiran rasa bangga menjadi anak fapet, kurang percaya diri, kalau ditanya kuliah dimana hanya menjawab "unpad" saja dll. Parah memang akibatnya...
Putaran planet bumi seolah berhenti. Keheningan kembali menyergap dalam hitungan detik. Semua mata dan perhatian tertuju pada URS yang dengan segera mengumpulkan memori jangka pendeknya, dan teringat pada wejangan tatacara pamit. Senyap disambung dengan adegan yang tak memilukan. Satu... dua... tiga...
"PAMIT! PAMIT! PAMIT!!"
Tangan para senior segera berhamburan, seolah berlomba hendak mencengkeram kerah manusia malang yang tersudutkan...
1.) Foto itu adalah BUKAN URS, tetapi CG yang termasyhur. Disematkan di tulisan ini tanpa maksud apa-apa, kecuali menggambarkan semangat mahasiswa baru :)
2.) Tulisan ini pernah dipublikasikan disini.
Salam hangat dari Kota Republik,
YZK
oooh begitcu toh sejarahnya.....
BalasHapusHehe, cerita ini memang jadi milestone-nya 92. Masih ketawa aja pas baca saya.
BalasHapusSatu level dibawahnya, mungkin kisah anak 92 yunior, ditanya oleh senior : " Dari mana kamu, terlambat?" Dan jawaban enteng yunior peupeuleukeuk : " Dari Brebes, Kang!"
he he hawar-hawar saya mengingat..sepertinya saya bagian dari keheningan dan moment itu..hi.. hi.. dulu mah teu lucu da.. sumpah.... (tapi jadi kenangan yang indah ya sekarang mah...)
BalasHapusURS teh siapa sih...kenapa mesti pake inisial atuh..jd pas baca tulisan tadi kurang bisa dihayati dan dibayangkan...hehe..ssstt..admin, URS itu cowo berambut lurus dan panjang sepinggang bukan?
BalasHapus@Kikeu: wew, cowo berambut lurus dan panjang sepinggang? ngeriii... :D
BalasHapus