Konferensi untuk perubahan iklim sudah diadakan, berbagai upaya dilakukan guna mencegah perubahan iklim ini semakin cepat terjadi. Secara langsung terasa oleh kita saat ini, betapa musim menjadi tidak menentu, semua perkiraan tentang iklim dan cuaca meleset, gagal panen, banjir dan longsor mengancam dan seabreg persoalan khas akibat eksploitasi alam dengan campur tangan manusia didalamnya.
Sadar atau tidak, ada campur tangan kita disitu, entah dengan apatis membiarkan itu terjadi atau malah ikut campur tangan baik langsung maupun tidak langsung dengan perilaku dan aktivitas kita sehari-hari. kertas yang kita gunakan sehari-hari didapat dari tebangan pohon yang tidak sedikit jumlahnya, snack yang menjadi kudapan diproses dengan minyak sawit yang bisa jadi juga berasal dari bukaan hutan alam.
Banyak program digulirkan untuk menanggulangi degradasi lingkungan, baik dengan skala besar maupun kecil, tujuannya sama yaitu bagaimana agar tingkat degradasi ini menurun dan manusia serta makhluk hidup lainnya dapat kembali nyaman mendiami bumi ini.
Ada beberapa aktivitas sederhana yang dapat membantu kita membantu mengurangi keadaan ini, salah satunya adalah dengan bertanam pohon. Terserah mau menanam satu milyar, satu juta bahkan hanya satu pohon, yang penting adalah menanam dan merawatnya. Tidak sekedar menanam kita pun akan belajar tentang kehidupan dari aktivitas ini. Kita akan belajar bagaimana sebuah hubungan yang menjadi fitrah dasar diri kita sebagai anugerah dari Sang Pembuat Hidup akan membuat kita saling menguatkan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim ini.
Membantu menanam berarti membantu bumi ini untuk tidak semakin merana sekaligus membantu kawan-kawan petani dan nelayan serta berbagai profesi pekerjaan lainnya untuk mengelola kehidupannya kembali.
d'gan
Penulis yang saya kenal, sudah sejak kuliah dulu, sudah concern dengan masalah lingkungan dan penghijauan, khususnya di lingkungan kampus Fapet dan Laboratorium. Beliau juga yang menjaga "keamanan tanaman-tanaman" spt pepaya dan sirsak di lingkungan kampus. Prinsipnya, "siapa cepat dia dapat". Lanjutkan Kang! Dunia lebih indah dengan hijaunya dedaunan dan semaraknya pohon-pohon pelindung kita. Ox-035, tinggal di Surabaya.
BalasHapushehehe... beda dulu beda sekarang...
BalasHapusdulu mah orientasi sirsak, sekarang mah orientasi sarsik (kesasar tapi tetep asik...)
Tahu juga ya kang yoezka, mudah2an penulis, Ibenk tinggal di bandung, tidak marah saja, masa lalunya diungkap oleh adrileaks. Doakan ya kang.
BalasHapusBetul, lain dulu lain sekarang, lain bulu lain barang...wkwkwk..
Betul..pas bagian sirsak ketinggalan di bis...kita orang lemas semua....mana air liur sudah menetes membayangkan itu sirsak matang...hehehe..
BalasHapusBuat saya itu dulu pengalaman dahsyat! Satu orang lupa sirsak, it's ok, dua orang lupa, ketinggalan sirsak di bis damri, still ok juga lah... Ini mah nepi ka opat urang poho alias lupa!!!! No further comment ah, memalukan... hmmm!
BalasHapusharusnya diselikidi, sapa yg akhirnya menikmati sirsak secara sarsik... mesak'ke tenan...
BalasHapus