UKG dan Sirsak (Halik Ku Aing!)



Panas dan teriknya siang di Jakarta siang ini, mengingatkan saya akan kejadian yang nyata dan pernah terjadi di masa kuliah dahulu di Jatinangor. Sebenarnya sih ini bukan cerita tetapi tepatnya aib. Aib yang berhubungan dengan buah sirsak. Ingin tahukah teman-teman akan kelanjutannya, ini dia ceritanya:

Setting kejadian ini terjadi sesudah praktikum Kimia (semester 1-2 semasa berkuliah di kampus tercinta). Ingatkah kawan waktu kita berpraktikum ria mata kuliah Kimia/Biologi dan Fisika yang mengambil tempat laboratorium Fakultas MIPA? Tentu masih ingat, kita dibagi ke dalam beberapa kelompok praktikum berurutan sesuai nomor pokok mahasiswa (NPM). Para pelaku dari cerita ini adalah para mahasiswa dengan no urut NPM kecil (dibawah nomor 50), sehingga mendapat jadwal praktikum pagi pulang siang. Sementara nomor urut NPM besar (diatas nomor 50) mendapat jadwal siang hingga sore (begitu sebaliknya jadwal berganti dan ditukar untuk minggu depannya). Kebetulan kami mendapat jadwal pagi pulang siang saat itu.

Nah, ini para pelakunya: NPM 018 (inisial Hr), 025 (inisial Stsn), 034 (inisial ibnk), 035 (inisial ap). Kami ini selaku mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri ternama di Jatinangor, tentunya merasa bangga dan cinta akan almamaternya. Kami tentu cinta dan peduli akan kelestarian lingkungan kampusnya. Bukan hanya lingkungan disekitar Fakultas sendiri, tetapi juga lingkungan fakultas lain (dalam hal ini Fakultas MIPA). Saking pedulinya, kami juga memperhatikan matang tidaknya buah-buahan yang tumbuh disekitar laboratorium Kimia dan Fisika yang memang berdampingan lokasinya.

Kalau buah papaya, itu sudah biasa. Di sekitaran kampus sendiri, pohon pepaya banyak bertebaran. Saat itu, walaupun kita masih mahasiswa baru, sudah bisa langsung aktif di "Senat" walaupun belum lulus mabim saat itu, dengan mendirikan Unit baru diluar unit-unit resmi yang sudah ada? Unit itu adalah UKG (Unit Kenal Gedang).

Nah, yang baru siang itu adalah, seselesainya praktikum kimia, tepat di samping lab, ada pohon sirsak yang tengah lebat berbuah dan besar buahnya terbilang lumayan. Segera saja, NPM 018, 025, 034 dan 035, sepakat tanpa perlu ada diskusi panjang lagi. Secepat kedipan mata, secepat itu juga 3 (tiga) buah sirsak berpindah posisi dari tergantung dipohon kemudian masuk ke tas pemuda Stsn (025). Diantara kami berempat, memang 025-lah yang paling tinggi besar perawakannya (botak pula). Hehe, mulai main body nih.

Yang saya ingat, kalau tidak salah beliau sambil berlalu ke arah pohon sirsak: "Halik ku aing!". Maaf untuk teman-teman Oxers yang sudah bertebaran di seluruh nusantara dan kebetulan sudah lupa dengan bahasa Sunda, saya tidak akan mengalihbahasakan kata-kata beliau tadi. Biarlah itu hanya untuk kalangan intern kami-kami saja, maaf. Dan anehnya, proses pengambilan buah tadi terbilang cepat dan tidak menimbulkan kecurigaan mahasiswa lain dan petugas/dosen/karyawan laboratorium yang bertugas saat itu.

Singkat kata, markisa 3 sudah aman di tangan. Yang sempat saya ingat lagi, dalam perjalanan (berjalan kaki tentunya) menuju lokasi halte Bus Damri Jatinangor-Dipati Ukur di depan gerbang UnJat (Universitas Jatinangor), sirsak-sirsak tadi sempat dipindah ke kantong keresek dari tas punggung pemuda Stsn.

Karena kami pulang siang ke Dipati Ukur hari itu, tentu penumpang bus Damri sedang sepi-sepinya. Jadi kami berempat dapat memperoleh tempat duduk strategis di jejeran bangku paling belakang. Duduk manislah berdampingan empat sekawan tadi dengan senyum penuh kemenangan dan harapan akan dapat menikmati buah sirsak siang itu.

Untuk diketahui teman-teman, rumah pemuda Stsn (025) di Dipati Ukur sudah menjadi "base camp" kami. Selain karena lokasi paling dekat dengan halte bus Damri depan kampus pusat, juga karena pemuda Stsn adalah teman yang baik hati dan tidak sombong. Itu diluar penampilannya yang terbilang sangar. Ya, mirip Joe Project Pop-lah begitu perawakannya. Tinggi besar dan sedikit beraksen Bali dalam tutur bicara kesehariannya. Jadi kami telah bersepakat untuk belah sirsak (bukan belah duren ya) di rumah Stsn sesampainya di UnDip (Universitas Dipati Ukur) alias Bandung nanti.

Nah, yang jadi masalah adalah :
  1. Perjalanan Jatinangor-Dipati Ukur terbilang jauh dan lama
  2. Panas terik siang itu tak terbantahkan
  3. Kantong keresek berisi 3 (tiga) buah sirsak tadi disimpan di dek kosong belakang tempat duduk kami.
  4. Rasa kantuk mendera semua 4 sekawan tanpa ada kecualinya dan tidur sepanjang perjalanan bus Damri Jatinangor-Dipati Ukur adalah jawabnya.

Tak terasa (da' sudah pada bobo di Bus Damri), sampailah di titik akhir halte Dipati Ukur. Penumpang segera berebutan turun dari pintu depan dan belakang. Tak terkecuali kami semua, pemuda 018, 025, 034 dan 035. Turun kami dan segera melenggang menuju rumah pemuda 025 yang memang tak jauh dari halte tersebut (dalam kisaran 500 meter sampailah kami). MINUS KERESEK BUAH SIRSAK. Haaa???

Ya betul, markisa tadi tertinggal di bus Damri, tepatnya di dek kosong di belakang tempat duduk ideal kami. Haramjadol pisan, dan kami baru tersadar ketika melangkah ke lantai dua (ruang japati) di rumah 025. Karena rasa tanggung jawab yang tinggi dan besarnya harapan akan nikmatnya buah sirsak di siang hari terik tersebut, segera kami kembali ke halte Bus Damri. Kami disana menemui bus kosong, tetapi tanpa ada keresek berisi buah sirsak!!

Secepat kami mengambil buah markisa di Lab Kimia, secepat itu pula buah sirsak menghilang saat kami cek di dek kosong belakang tempat duduk bus Damri. Nasib, niat kami untuk melestarikan dan menjaga hijaunya lingkungan kampus siang itu, ternyata belum mendapat tanggapan positif. Keadaan yang memaksa. Kami hanya pasrah dan lunglai jalan kembali ke rumah pemuda 025.Sebenarnya, kami malu saat itu. Malu karena gagal menjaga amanat hijaunya kampus kita yang telah ditetapkan dalam AD/ART - UKG. Ngeles yeuh!!!

Sekian dulu cerita aib masa lalu dari kami. Masih banyak cerita aib masa lalu saat kuliah yang belum terungkap dan mungkin akan terungkap pada masanya nanti. Cheers.

Artikel ini dikirimkan oleh pemuda AP, salah satu pelaku dalam kejadian tersebut. Admin blog Ox'92 Online samasekali tidak bertanggung jawab atas segala isi dan kelakuan dari para tersangka, maupun akibat hukum yang ditimbulkannya, baik hukum fisika maupun hukum kimia (halah...) Segala tuntutan dan pengaduan harap diarahkan pada pihak-pihak yang bersangkutan. Mohon diingat pula, sirsak tidak akan menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin.

Jangan lupa tuliskan komentar dibawah artikel ini ya :)

10 komentar:

  1. wah harus ada pelurusan sedikit nih dari pelaku peristiwa....mang admin fotona gentos...nu dimaksad teh sanes markisa eta ..tapi sirsak alias nangka walanda...kusabab mun markisa leutik mah pasti moal salamet nepi ka UnDip dikarenakan kabujeng seep ku cep utis...he he

    BalasHapus
  2. tuh, nya da ceuk saya juga jigana aya kesalahan... sebelum upload foto markisa, saya juga nyari foto sirsak di gugle... beu, kumaha nya? yah, nanti atuh digentos...

    BalasHapus
  3. nanti lah, menunggu dari yang bersangkutan ajah, kalo komen disini dan klarifikasi, baru nama dan gambar buah kita ganti...
    tapi boa-boa: MARSIRSAK??

    BalasHapus
  4. Ha..ha...ha...ha....ha... (aduh sampe isin ku budak.. nyakakak maca artikel bung AP)
    Sirsak...oh.. sirsak...
    ternyata emang pada kreatif teman2 kita nih...sampe2 kilasan2 pas praktikum di Mipa meni jelas ngolebat lagi.
    Tapi emang betul Mang Admin, cerita markisa eh sirsak ini mengingatkan pada pengalaman2 tak terlupakan ketika saya bersama beberapa teman oxer begitu rajinnya "membersihkan" pepaya, pisang, kersen bahkan sampai jantung pisang yang banyak tumbuh di unjat...
    plus juga pengakuan dosa nih....siapapun yang sedang penelitian kelinci pada sekitaran tahun 95.. harap dimaafkan kalau kelincinya hilang 1, karena sakadang kelinci itu dengan manisnya lewat didepan anak2 oxer yang sedang kelaparan dan jauh dari kantin... alhasil..dalam sepersekian menit..kelinci lucu itu menjelma menjadi opor.. (tapi tetap enak da... pokona mah hampura wae...)

    BalasHapus
  5. hihihi...maaf ga bisa nahan tawa saat baca cerita AP.. (ini jg ditahan ketawany sbb bacany di warnet.. mauny cih ngakak kaya Atoey tp malu hehe)
    sgitu ny ya kelakuan para tersangka hiiii...
    walau kita sama waktu praktikumnya...tapi asli da .. sy mah ga tau..pish..

    BalasHapus
  6. @Atoey: diantos ceritanya...
    @Anonymous: begitulah.. ternyata ada praktikum tambahannya :)

    BalasHapus
  7. Wah, ini tulisan lama, aq baru baca nih.
    Aq mau nuntut sama bang AP sbg penulis, juga bang admin yg memuat tulisan tanpa cek & ricek.
    Masa NPM 018 disebut2 sbg salah satu pelaku? Gawat!!!

    BalasHapus
  8. Halag.. pelaku initial Hr, rupina NPM 019. Waduh, kesalahan pencantuman NPM sudah terjadi sejak 2009? Maafkan pembaca dan Ibu NPM 018, ini terjadi karena kekhilafan kami semata. Tidak ada maksud tertentu atas pencantuman NPM 018 dalam tulisan (seharusnya 019). Ma'enya Ibu 018 yang baik dan terkenal luhur budi pekerti sejak jaman kuliah dulu, ikut-ikutan dalam Unit mahasiswa UKS (Unit Kenal Sirsak)? Dengan ini, NPM 018 kami ralat menjadi 019. Penulis : AP-035, saat tinggal di Surabaya. Isi tulisan bukan tanggung jawab percetakan admin ya? hehe

    BalasHapus
  9. sok atuh... dameyyy dameyyy!!

    BalasHapus
  10. damey sih damey.. tapi kumaha tah pencemaran nama baik sudah berlangsung 2 th. harus ada ganti rugi atuh..

    BalasHapus

Kisah Kikeu

Imoel's Notes

Foto Djadoel